Kesaksian Nur Emmah: "AKU lah TUHANmu. AKU lah Jalan, Kebenaran, dan Hidup" Part 3
Ketika anak ketiga kami lahir, ia tak pernah merasakan bermain dengan anak-anak sebayanya di kampung. Mereka ditolak masuk kampung. Bukan itu saja, anak-anak juga dicemooh, dikatakan , "Kristen ...Kristen". Sudah tak terhitung paha anak saya disulut rokok. Atau rambutnya dipangkas tak beraturan. Sejak itu saya melarang anak-anak keluar rumah. Ajaibnya, meski keluarga kami mengalami tekanan yang begitu dahsyat, ternyata diam-diam adik saya mengikuti jejak kami. Prosesnya nyaris sama, yakni setelah ia diselamatkan Tuhan dari sakitnya. Tetapi sejak mengikuti jalan Kristus ia harus membayar dengan mahal, penganiayaan yang dialaminya lebih berat. Suatu hari adik saya bahkan hendak dibunuh. Pedang dan clurit sudah melingkar di tubuhnya. Saya yang mendengar laporan itu lalu berkata pada suami, "Pa, jika aku mati, aku rela karena kematianku demi Yesus. Aku titip anak-anak padamu. Sekarang, aku harus berangkat menolong dan menyelamatkan adikku".
Ketika saya berangkat air mata bercucuran membasahi pipi. Di tengah perjalanan mulut saya tak pernah lepas sedetikpun dari doa. Begitu saya sampai di lokasi tempat adik saya hendak dihabisi, orang-orang tercengang melihat saya. Sebab dari mulut saya terus meluncur doa yang saya kutip dari dua kitab suci sekaligus. Dan meski hati ini tergetar melihat tubuh adik saya basah kuyup oleh minyak tanah, mulut saya tetap melantunkan doa-doa pada Yesus.
Tuhan yang penuh kasih itu menjamah kami dengan hangat. Adik saya dilepas massa. Dan kamipun berangkulan. Lalu kepada adik, saya minta dia untuk tinggal di rumah kami. Saya telah membuktikan kekuatan Yesus. Oleh karena itu saya tidak takut mati karena Yesus. Saya tidak takut mati demi Yesus.
"Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia" (Yakobus 1 : 12)
YESUS KRISTUS mengasihi Anda..
(Sumber: YesusKristus.com )
Blessing Family Centre Surabaya
Bersama Yesus terjadi Mukjizat "SETIAP HAMBA TUHAN WAJIB PUNYA WAKTU DAN HIDUP KUDUS, TIDAK DOSA LAGI DAN TIDAK MINTA-MINTA" "DAN AKU MENDENGAR SEPERTI ADA SUARA DITENGAH-TENGAH KEEMPAT MAKHLUK ITU BERKATA: "SECUPAK GANDUM SEDINAR, DAN TIGA CUPAK JELAI SEDINAR. TETAPI JANGANLAH RUSAKKAN MINYAK DAN ANGGUR ITU." Wahyu 6:6. Setiap hamba Tuhan harus berkorban.
Sabtu, 26 Februari 2011
Kesaksian Nur Emmah: "AKU lah TUHANmu. AKU lah Jalan, Kebenaran, dan Hidup" Part 2
Kesaksian Nur Emmah: "AKU lah TUHANmu. AKU lah Jalan, Kebenaran, dan Hidup" Part 2
Mendengar kata-katanya yang begitu sejuk, kemarahan saya akhirnya mencair. Tiba-tiba muncul perasaan iba kepadanya. Keluar dari kamar mandi, saya langsung membaringkan tubuh ke atas tempat tidur. Malam itu suhu tubuh saya meninggi dan mendekati tengah malam saya mengalami kejang-kejang. Suami saya kebingungan melihat kondisi saya. Dipanggilnya seluruh keluarga, termasuk tante- tante saya. Lalu dibacakan doa-doa untuk saya. Tapi keadaan saya makin memburuk. Perut saya mengeras, dan bibir saya terlihat biru. Samar-samar terdengar suami saya berkata, "Ma, kami semua mencintai mama. Aku dan juga anak-anak, sangat sayang pada mama. Apakah mama tidak ingin sembuh, tidak ingin hidup dan mendampingi kami lagi? Tolong ma, bertahanlah. Cobalah mama mengumpulkan semangat. Sebutlah nama Yesus!"
Saat itu saya merasakan segalanya hampir berakhir. Tapi hati kecil saya belum rela meninggalkan anak-anak dan suami. Dan dalam himpitan demikian, sayapun menyebut nama yang disarankan suami saya. Yesus! Bahkan dengan cara berdoa semampu saya, saya minta tolong Yesus untuk disembuhkan. Lalu perlahan-lahan saya merasakan seluruh syaraf saya mengendur. Saya tidak tegang lagi. Saya bisa melihat dengan sempurna. Saya melihat suami saya tersenyum dan memanggil saya.
Sebuah panggilan yang lembut dan mesra. Kendati begitu saya belum juga mau bertobat. Dan malamnya, saya bermimpi lagi. Dalam mimpi itu seolah-olah saya hendak tenggelam di laut. Lalu tiba-tiba muncul sesosok wajah seperti dalam mimpi yang dulu. Wajah Yesus. "Kamu masih belum percaya kepada-Ku? Akulah Tuhanmu, Akulah jalan, kebenaran dan hidup," katanya. Sayapun mengangguk.
Lalu saya diangkat-Nya. Keesokan harinya saya mulai membuka Alkitab yang disembunyikan suami saya. Ketika pertama membuka, saya temukan bunyi kalimat :"Akulah Tuhanmu. Akulah jalan, kebenaran dan hidup". Pembaca yang seiman, meski dengan sembunyi- sembunyi saya tahu kalau selama ini suami saya ternyata masih rajin ke gereja. Agar kepergiannya tidak saya ketahui, biasanya ia ke gereja dengan menyamar, hanya mengenakan sandal jepit, kaus oblong dan Alkitab kecil diselipkan di dalam saku.
Agaknya ia takut ketahuan keluarga saya. Mula-mula saya kerap berkata Alkitab itu najis. Tapi waktu itu saya buka, saya mendapat firman itu lagi. Saya bilang, "Ya Tuhan, kok saya memperoleh ayat itu lagi?". Saya tutup Alkitab itu dan besoknya saya buka kembali. Namun lagi- lagi ayat itu yang saya temukan. Saya sampai berpikir waktu itu, "Kok ayatnya ini semua? Apa tidak ada bacaan lain?" Padahal Alkitab Perjanjian Baru itu tebal. Saya jadi penasaran, dan akhirnya mulai membukanya dari yang pertama.
Sejak saat itu saya jadi tekun mendalami Alkitab. Tapi gengsi saya masih menggunung. Malu diketahui suami, semua itu saya lakukan dengan sembunyi-sembunyi. Saya mulai membanding- bandingkan mana ajaran yang paling benar. Saya bahkan pernah baca dua kitab suci sekaligus dan mencoba membandingkannya. Roh Tuhan rupanya bekerja dalam jiwa saya. Setelah sadar bahwa Alkitab merupakan kebenaran Firman Allah, maka saya mencoba berkata kepada- Nya: "Tuhan, saatnya saya bertobat dan berlutut di hadapan Engkau". Ya, sejak itu Tuhan mulai berkarya dalam hidup saya. Saya berani bilang pada suami, "Kamu boleh ke gereja, tapi pakai sandal jepit dan jangan sampai kelihatan tetangga".
Tetapi seperti pepatah "Sepandai- pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga", begitulah yang terjadi pada kami. Aktifitas kami berdua ke gereja akhirnya ketahuan juga. Sejak itulah keluarga kami mulai mengalami masa penganiayaan. Tiga tahun kami mengalami pergulatan yang menyesakkan. Bahkan dua anak saya, pernah diancam akan dimasukkan ke sumur. Setiap pagi saat saya membuka toko, di depan toko saya temukan banyak kotoran manusia terserak dimana-mana. Bahkan di atas kotoran itu pernah ditancapkan sebuah salib dan diberi komentar "Lihatlah Tuhanmu lagi tidur". Atau "Seperti inilah Tuhanmu".
Polisi agaknya melihat kami sedang diteror dan diancam, karena itu mereka mulai menjaga toko kami. Kami sendiri sudah pasrah, dan hanya menggantungkan semua perkara kepada Tuhan. Puncaknya rumah kami pernah dikepung dan hendak dibakar massa. Akan halnya bapak, beliau yang begitu benci kepada saya pernah mengizinkan orang-orang untuk menghabisi kami semua. Begitu juga dengan tante- tante, mereka bahkan pernah bilang pada bapak, "Lebih baik nggak punya anak dari pada kamu punya anak menjadi kafir". Yang lebih tragis, sejak itu toko saya menjadi sepi. Paling banyak saya hanya mendapat pemasukan Rp. 2 ribu sehari.
Blessing Family Centre Surabaya
Mendengar kata-katanya yang begitu sejuk, kemarahan saya akhirnya mencair. Tiba-tiba muncul perasaan iba kepadanya. Keluar dari kamar mandi, saya langsung membaringkan tubuh ke atas tempat tidur. Malam itu suhu tubuh saya meninggi dan mendekati tengah malam saya mengalami kejang-kejang. Suami saya kebingungan melihat kondisi saya. Dipanggilnya seluruh keluarga, termasuk tante- tante saya. Lalu dibacakan doa-doa untuk saya. Tapi keadaan saya makin memburuk. Perut saya mengeras, dan bibir saya terlihat biru. Samar-samar terdengar suami saya berkata, "Ma, kami semua mencintai mama. Aku dan juga anak-anak, sangat sayang pada mama. Apakah mama tidak ingin sembuh, tidak ingin hidup dan mendampingi kami lagi? Tolong ma, bertahanlah. Cobalah mama mengumpulkan semangat. Sebutlah nama Yesus!"
Saat itu saya merasakan segalanya hampir berakhir. Tapi hati kecil saya belum rela meninggalkan anak-anak dan suami. Dan dalam himpitan demikian, sayapun menyebut nama yang disarankan suami saya. Yesus! Bahkan dengan cara berdoa semampu saya, saya minta tolong Yesus untuk disembuhkan. Lalu perlahan-lahan saya merasakan seluruh syaraf saya mengendur. Saya tidak tegang lagi. Saya bisa melihat dengan sempurna. Saya melihat suami saya tersenyum dan memanggil saya.
Sebuah panggilan yang lembut dan mesra. Kendati begitu saya belum juga mau bertobat. Dan malamnya, saya bermimpi lagi. Dalam mimpi itu seolah-olah saya hendak tenggelam di laut. Lalu tiba-tiba muncul sesosok wajah seperti dalam mimpi yang dulu. Wajah Yesus. "Kamu masih belum percaya kepada-Ku? Akulah Tuhanmu, Akulah jalan, kebenaran dan hidup," katanya. Sayapun mengangguk.
Lalu saya diangkat-Nya. Keesokan harinya saya mulai membuka Alkitab yang disembunyikan suami saya. Ketika pertama membuka, saya temukan bunyi kalimat :"Akulah Tuhanmu. Akulah jalan, kebenaran dan hidup". Pembaca yang seiman, meski dengan sembunyi- sembunyi saya tahu kalau selama ini suami saya ternyata masih rajin ke gereja. Agar kepergiannya tidak saya ketahui, biasanya ia ke gereja dengan menyamar, hanya mengenakan sandal jepit, kaus oblong dan Alkitab kecil diselipkan di dalam saku.
Agaknya ia takut ketahuan keluarga saya. Mula-mula saya kerap berkata Alkitab itu najis. Tapi waktu itu saya buka, saya mendapat firman itu lagi. Saya bilang, "Ya Tuhan, kok saya memperoleh ayat itu lagi?". Saya tutup Alkitab itu dan besoknya saya buka kembali. Namun lagi- lagi ayat itu yang saya temukan. Saya sampai berpikir waktu itu, "Kok ayatnya ini semua? Apa tidak ada bacaan lain?" Padahal Alkitab Perjanjian Baru itu tebal. Saya jadi penasaran, dan akhirnya mulai membukanya dari yang pertama.
Sejak saat itu saya jadi tekun mendalami Alkitab. Tapi gengsi saya masih menggunung. Malu diketahui suami, semua itu saya lakukan dengan sembunyi-sembunyi. Saya mulai membanding- bandingkan mana ajaran yang paling benar. Saya bahkan pernah baca dua kitab suci sekaligus dan mencoba membandingkannya. Roh Tuhan rupanya bekerja dalam jiwa saya. Setelah sadar bahwa Alkitab merupakan kebenaran Firman Allah, maka saya mencoba berkata kepada- Nya: "Tuhan, saatnya saya bertobat dan berlutut di hadapan Engkau". Ya, sejak itu Tuhan mulai berkarya dalam hidup saya. Saya berani bilang pada suami, "Kamu boleh ke gereja, tapi pakai sandal jepit dan jangan sampai kelihatan tetangga".
Tetapi seperti pepatah "Sepandai- pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga", begitulah yang terjadi pada kami. Aktifitas kami berdua ke gereja akhirnya ketahuan juga. Sejak itulah keluarga kami mulai mengalami masa penganiayaan. Tiga tahun kami mengalami pergulatan yang menyesakkan. Bahkan dua anak saya, pernah diancam akan dimasukkan ke sumur. Setiap pagi saat saya membuka toko, di depan toko saya temukan banyak kotoran manusia terserak dimana-mana. Bahkan di atas kotoran itu pernah ditancapkan sebuah salib dan diberi komentar "Lihatlah Tuhanmu lagi tidur". Atau "Seperti inilah Tuhanmu".
Polisi agaknya melihat kami sedang diteror dan diancam, karena itu mereka mulai menjaga toko kami. Kami sendiri sudah pasrah, dan hanya menggantungkan semua perkara kepada Tuhan. Puncaknya rumah kami pernah dikepung dan hendak dibakar massa. Akan halnya bapak, beliau yang begitu benci kepada saya pernah mengizinkan orang-orang untuk menghabisi kami semua. Begitu juga dengan tante- tante, mereka bahkan pernah bilang pada bapak, "Lebih baik nggak punya anak dari pada kamu punya anak menjadi kafir". Yang lebih tragis, sejak itu toko saya menjadi sepi. Paling banyak saya hanya mendapat pemasukan Rp. 2 ribu sehari.
Blessing Family Centre Surabaya
Kesaksian Nur Emmah: "AKU lah TUHANmu. AKU lah Jalan, Kebenaran, dan Hidup" Part 1
Kesaksian Nur Emmah: "AKU lah TUHANmu. AKU lah Jalan, Kebenaran, dan Hidup" Part 1
Sebuah kisah sejati yang sangat dahsyat dan menyentuh hati.
Bagaimana Nuremmah harus melindungi dan menjaga keluarganya dari teror dan ancaman pembunuhan, setelah ia memutuskan mengikut jalan Kristus. Apalagi ia bersuamikan Tionghoa dan keluarganya pemeluk agama yang kuat. Tetapi wanita Madura kelahiran Madura 1 Desember 1965 ini tak pernah menyerah, baginya satu-satunya Juruselamat cuma Yesus. Seperti dituturkan jemaat GBIS Bunga Bakung Pamekasan ini.
Saya lahir dari sebuah keluarga Madura yang taat menjalankan perintah agama. Doktrin yang saya terima dari bapak begitu jelas. Saya boleh menikah dengan siapa saja, apapun rasnya, asal yang bersangkutan seiman dengan saya. Maka ketika hati saya tertambat pada seorang pria Tionghoa yang berbeda agama dengan saya, tiba-tiba saja sebuah masalah besar menghadang di depan mata. Apalagi sebagai wanita yang masih sangat muda waktu itu, saya lebih menuruti kata hati dan perasaan. Ya, perasaan yang tengah tumbuh subur oleh cinta. Sebenarnya sebagai anak yang berbakti, saya tak hendak menentang kehendak orangtua. Tapi yang satu ini, dorongan hatiku agaknya lebih kuat dari berbagai larangan maupun resiko paling buruk yang mesti kuhadapi. Maka mesti ditentang disana-sini, kadang juga diancam, aku pantang mundur untuk memadu cinta dengannya.
Tetapi kekangan dan tekanan keluarga rupanya jauh lebih kuat. Keinginan orang tua kami cuma satu: kalau aku hendak menikah dengan pacarku, maka dia yang tidak seiman dengan kami mesti memeluk kepercayaan yang kami anut. Mungkin demi kasihnya yang begitu besar kepadaku, dia pacarku, akhirnya menuruti kemauan orang tuaku. Begitulah, setelah semua persyaratan yang diajukan bapak dipenuhi, kamipun menikah pada 27 Juli 1985, tepat pada hari ulang tahun pacar saya. Tak lama kemudian buah hati pertama kami lahir, kami beri nama Nova. Ia cantik dan pintar.
Lalu menyusul adiknya, Agnes. Nah saat Agnes berusia 2 tahun, tepatnya pada 1989, saya mengalami mimpi aneh. Dalam mimpi itu seakan-akan saya berada di padang pasir yang tandus dan panas. Rasa haus menyiksa kerongkongan. Sepi, tak seorangpun ada di sana. Jeritan minta tolong seperti lenyap disapu angin padang pasir. Tiba-tiba dalam mimpi itu, saya seperti melihat kilat. Bersamaan dengan itu muncul sesosok laki-laki berambut panjang dan berjubah. Di bagian belakang jubahnya terlihat warna biru langit yang segar. Sayapun melambaikan tangan kearahnya, berharap pertolongan. Mendadak orang itu berkata, "Saat ini kamu sedang diambang kematian. Jika ingin selamat, kamu harus percaya kepada-Ku. Karena jalan keselamatan, hanya ada didalam-Ku. Akulah Tuhanmu. Apakah kamu masih belum percaya? Akulah jalan kebenaran hidup. Barangsiapa percaya kepadaKu, maka ia akan selamat. Ikutlah padaKu ..!"
Saya kontan terbangun. Anehnya keadaan kamar saya waktu itu ikut terang benderang. Padahal lampu penerangan di kamar saya hanya 15 watt. Saya jadi tercenung, mengenangkan semua mimpi yang baru terjadi. Saya ingat dengan jelas wajah laki-laki berjubah yang menemui saya di dalam mimpi itu.
Ah, benar! Wajahnya itu kerap dibawa suami saya dari Surabaya, enam tahun silam. Ketika itu suami saya membawa gambar Yesus dan sebuah Alkitab. Melihat semua itu emosi saya jadi terbakar, gambar Yesus saya injak- injak dan saya sobek. Dengan penuh kemarahan saya berkata kepada suami saya, "Saat ini juga kita cerai...!" Mungkin takut atau tak ingin ribut-ribut, sejak itu suami saya tak pernah lagi membawa gambar Yesus ke rumah.
Demikian pula dengan Alkitab, saya tak pernah melihatnya untuk yang kedua kali. Kendati begitu mimpi di padang pasir terus mengusik pikiran saya. Sampai kira-kira sebulan kemudian, saya bertengkar hebat dengan suami. Jujur mesti saya akui kalau suami saya sangat baik dan sabar. Jika terjadi pertengkaran di antara kami, ia memilih mengalah atau menghindar. Saya sendiri aduh ... acapkali kesetanan.
Dengan kedua tangan saya mencekiknya. Sesudah itu saya berendam di kamar mandi hingga berjam-jam. Begitu juga yang terjadi malam itu, usai bertengkar dengan suami, saya langsung masuk ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Takut terjadi sesuatu dengan saya, suami mencoba menggedor-gedor pintu. "Kalau kamu marah, jangan begitu. Itu namanya menyiksa diri. Lebih baik kau pukul saja aku .... biar lega", bujuk suami saya.
Blessing Family Centre Surabaya
Sebuah kisah sejati yang sangat dahsyat dan menyentuh hati.
Bagaimana Nuremmah harus melindungi dan menjaga keluarganya dari teror dan ancaman pembunuhan, setelah ia memutuskan mengikut jalan Kristus. Apalagi ia bersuamikan Tionghoa dan keluarganya pemeluk agama yang kuat. Tetapi wanita Madura kelahiran Madura 1 Desember 1965 ini tak pernah menyerah, baginya satu-satunya Juruselamat cuma Yesus. Seperti dituturkan jemaat GBIS Bunga Bakung Pamekasan ini.
Saya lahir dari sebuah keluarga Madura yang taat menjalankan perintah agama. Doktrin yang saya terima dari bapak begitu jelas. Saya boleh menikah dengan siapa saja, apapun rasnya, asal yang bersangkutan seiman dengan saya. Maka ketika hati saya tertambat pada seorang pria Tionghoa yang berbeda agama dengan saya, tiba-tiba saja sebuah masalah besar menghadang di depan mata. Apalagi sebagai wanita yang masih sangat muda waktu itu, saya lebih menuruti kata hati dan perasaan. Ya, perasaan yang tengah tumbuh subur oleh cinta. Sebenarnya sebagai anak yang berbakti, saya tak hendak menentang kehendak orangtua. Tapi yang satu ini, dorongan hatiku agaknya lebih kuat dari berbagai larangan maupun resiko paling buruk yang mesti kuhadapi. Maka mesti ditentang disana-sini, kadang juga diancam, aku pantang mundur untuk memadu cinta dengannya.
Tetapi kekangan dan tekanan keluarga rupanya jauh lebih kuat. Keinginan orang tua kami cuma satu: kalau aku hendak menikah dengan pacarku, maka dia yang tidak seiman dengan kami mesti memeluk kepercayaan yang kami anut. Mungkin demi kasihnya yang begitu besar kepadaku, dia pacarku, akhirnya menuruti kemauan orang tuaku. Begitulah, setelah semua persyaratan yang diajukan bapak dipenuhi, kamipun menikah pada 27 Juli 1985, tepat pada hari ulang tahun pacar saya. Tak lama kemudian buah hati pertama kami lahir, kami beri nama Nova. Ia cantik dan pintar.
Lalu menyusul adiknya, Agnes. Nah saat Agnes berusia 2 tahun, tepatnya pada 1989, saya mengalami mimpi aneh. Dalam mimpi itu seakan-akan saya berada di padang pasir yang tandus dan panas. Rasa haus menyiksa kerongkongan. Sepi, tak seorangpun ada di sana. Jeritan minta tolong seperti lenyap disapu angin padang pasir. Tiba-tiba dalam mimpi itu, saya seperti melihat kilat. Bersamaan dengan itu muncul sesosok laki-laki berambut panjang dan berjubah. Di bagian belakang jubahnya terlihat warna biru langit yang segar. Sayapun melambaikan tangan kearahnya, berharap pertolongan. Mendadak orang itu berkata, "Saat ini kamu sedang diambang kematian. Jika ingin selamat, kamu harus percaya kepada-Ku. Karena jalan keselamatan, hanya ada didalam-Ku. Akulah Tuhanmu. Apakah kamu masih belum percaya? Akulah jalan kebenaran hidup. Barangsiapa percaya kepadaKu, maka ia akan selamat. Ikutlah padaKu ..!"
Saya kontan terbangun. Anehnya keadaan kamar saya waktu itu ikut terang benderang. Padahal lampu penerangan di kamar saya hanya 15 watt. Saya jadi tercenung, mengenangkan semua mimpi yang baru terjadi. Saya ingat dengan jelas wajah laki-laki berjubah yang menemui saya di dalam mimpi itu.
Ah, benar! Wajahnya itu kerap dibawa suami saya dari Surabaya, enam tahun silam. Ketika itu suami saya membawa gambar Yesus dan sebuah Alkitab. Melihat semua itu emosi saya jadi terbakar, gambar Yesus saya injak- injak dan saya sobek. Dengan penuh kemarahan saya berkata kepada suami saya, "Saat ini juga kita cerai...!" Mungkin takut atau tak ingin ribut-ribut, sejak itu suami saya tak pernah lagi membawa gambar Yesus ke rumah.
Demikian pula dengan Alkitab, saya tak pernah melihatnya untuk yang kedua kali. Kendati begitu mimpi di padang pasir terus mengusik pikiran saya. Sampai kira-kira sebulan kemudian, saya bertengkar hebat dengan suami. Jujur mesti saya akui kalau suami saya sangat baik dan sabar. Jika terjadi pertengkaran di antara kami, ia memilih mengalah atau menghindar. Saya sendiri aduh ... acapkali kesetanan.
Dengan kedua tangan saya mencekiknya. Sesudah itu saya berendam di kamar mandi hingga berjam-jam. Begitu juga yang terjadi malam itu, usai bertengkar dengan suami, saya langsung masuk ke kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Takut terjadi sesuatu dengan saya, suami mencoba menggedor-gedor pintu. "Kalau kamu marah, jangan begitu. Itu namanya menyiksa diri. Lebih baik kau pukul saja aku .... biar lega", bujuk suami saya.
Blessing Family Centre Surabaya
Selasa, 15 Februari 2011
Tuhan menyelamatkanku
Tuhan menyelamatkanku
pada tahun 1983 bulannya saya lupa, tepat pada hari raya idul fitri hari kedua, kami 2 keluarga bertamasya ke Batakan, Kal Sel, sesampainya disana kami istirahat dan makan siang, setelah itu kira2 jam 13.00 kami naik kapal mau menyeberang ke pulau, nama pulau tsb pulau datu, dan yang ikut kapal tsb ada 5 orang yang tidak bisa berenang termasuk saya.
Kira2 10 menit kapal berlayar, mesin kapal mati, dan air laut masuk dalam kapal, akhirnya kami beserta kapal tenggelam.
Dalam keadaan panik, saya berusaha pegang apa saja yg bisa, tapi tetap saja tenggelam termasuk family yang saya rangkul. Dalam hati saya berdoa dan berseru Darah Yesus tolong saya, disaat itu saya merasa ada satu seperti telapak tangan yang mendorong saya keatas hingga saya dapat muncul dipermukaan laut, dan tidak lama kemudian saya diberikan dirigen kosong oleh ibu saya, dan tidak lama kapal penolong datang. Kami SELAMAT!
Walau begitu satu orang kakak sepupu saya dipanggil pulang dalam musibah tsb.
Saudaraku yang kukasihi, apapun masalah, kesulitan, bahaya apapun juga, tetaplah berharap dan bersandar pada Yesus, tiada penolong lain selain Tuhan Yesus Kristus. Amin.
Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Blessing Family Centre Surabaya
pada tahun 1983 bulannya saya lupa, tepat pada hari raya idul fitri hari kedua, kami 2 keluarga bertamasya ke Batakan, Kal Sel, sesampainya disana kami istirahat dan makan siang, setelah itu kira2 jam 13.00 kami naik kapal mau menyeberang ke pulau, nama pulau tsb pulau datu, dan yang ikut kapal tsb ada 5 orang yang tidak bisa berenang termasuk saya.
Kira2 10 menit kapal berlayar, mesin kapal mati, dan air laut masuk dalam kapal, akhirnya kami beserta kapal tenggelam.
Dalam keadaan panik, saya berusaha pegang apa saja yg bisa, tapi tetap saja tenggelam termasuk family yang saya rangkul. Dalam hati saya berdoa dan berseru Darah Yesus tolong saya, disaat itu saya merasa ada satu seperti telapak tangan yang mendorong saya keatas hingga saya dapat muncul dipermukaan laut, dan tidak lama kemudian saya diberikan dirigen kosong oleh ibu saya, dan tidak lama kapal penolong datang. Kami SELAMAT!
Walau begitu satu orang kakak sepupu saya dipanggil pulang dalam musibah tsb.
Saudaraku yang kukasihi, apapun masalah, kesulitan, bahaya apapun juga, tetaplah berharap dan bersandar pada Yesus, tiada penolong lain selain Tuhan Yesus Kristus. Amin.
Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Blessing Family Centre Surabaya
Selasa, 01 Februari 2011
* Seru Tapi Ada Mujisat *
* Seru Tapi Ada Mujisat *
Sahabat yang dikasihi TUHAN ....... Kisah ini saya alami kemarin tgl 30 januari 2011. Setelah 8 hari Pelayanan di Surabaya, akhirnya saya harus balik Makassar. Tiket Sudah ditangan dan saya juga sangat jelas jam take off itu 18.20. Siang hari dengan diantar teman masih diajak makan dan ngobrol, tapi tetap kami amati jam.
Setelah itu kami menuju bandara, kami yakin tidak terlambat, teman saya bahkan masih berkata : Pasti Tidak Terlambat bu erna......" Dan sedikit ada salah arah jalan pun kami tetap yakin Tidak akan Terlambat, karena memang masih belum jamnya. Setiba nya di bandara,....
Saya heran juga karena sudah tidak ada orang antri Cek in di counter. Tegang deh jadinya, karena saya bawa banyak bagasi ( oleh2 berkat dari teman2 ).
Wah,...... Saya terburu buru Cek in - masukkan 2 saja bagasi dan saya pegang 4 tentengan. Terdengar suara panggilan naik pesawat, saya masih bayar kelebihan bagasi...... Pokoknya saya tegang sendiri, Lari lari sampai ngos ngosan mandi keringat dengan 4 tentengan.........
Tiba tiba ,,,,,, kaki kanan saya rasanya tidak enak, dan sangat tidak nyaman, rasa aneh.....
Saya berhenti lari dan lihat kekaki, ternyata Sepatu sendal saya Terbuka - Robek dari tumit sampai ќε jari jari kaki......... Bingung jadinya, saya sudah tidak bisa lari lagi, karena pasti lepas kalau lari lagi. Akhirnya ..... Saya jalan pelan sekali dengan seret agar tidak lepas benaran bagian jari kaki, mesti naik tangga pesawat juga .... Uhhhhh Teganggg sekali takut lepas, sambil jalan Seret itu saya berdoa : TUHAN, Tolong ya jangan sampai lepas semua jari kakinya, jangan permalukan hamba MU ya TUHAN , biar bertahan sampai tiba makassar & masuk rumah. .... dalam nama TUHAN YESUS.
Sahabatku...... Ternyata TUHAN dengar doa saya, sekalipun masih jalan turun pesawat ( hati2 sekali dan tetap pakai Seret jalan saya ) - ambil bagasi & sampai di atas mobil suami jemput - sampai rumah, Sepatu sendal saya tidak terlepas bagian jari itu,,,,,,,,, Masuk rumah dan sepatu sendal itupun masuk tempat sampah . Haleluya .... Terbukti, hal2 sepele pun bila kita berdoa , pasti TUHAN dengar - jawab dan mujisat terjadi. Terimakasih TUHAN, ENGKAU BAIK YESUS,
Amin
Hamba NYA, Erna Tumbelaka
Blessing Family Centre Surabaya
Sahabat yang dikasihi TUHAN ....... Kisah ini saya alami kemarin tgl 30 januari 2011. Setelah 8 hari Pelayanan di Surabaya, akhirnya saya harus balik Makassar. Tiket Sudah ditangan dan saya juga sangat jelas jam take off itu 18.20. Siang hari dengan diantar teman masih diajak makan dan ngobrol, tapi tetap kami amati jam.
Setelah itu kami menuju bandara, kami yakin tidak terlambat, teman saya bahkan masih berkata : Pasti Tidak Terlambat bu erna......" Dan sedikit ada salah arah jalan pun kami tetap yakin Tidak akan Terlambat, karena memang masih belum jamnya. Setiba nya di bandara,....
Saya heran juga karena sudah tidak ada orang antri Cek in di counter. Tegang deh jadinya, karena saya bawa banyak bagasi ( oleh2 berkat dari teman2 ).
Wah,...... Saya terburu buru Cek in - masukkan 2 saja bagasi dan saya pegang 4 tentengan. Terdengar suara panggilan naik pesawat, saya masih bayar kelebihan bagasi...... Pokoknya saya tegang sendiri, Lari lari sampai ngos ngosan mandi keringat dengan 4 tentengan.........
Tiba tiba ,,,,,, kaki kanan saya rasanya tidak enak, dan sangat tidak nyaman, rasa aneh.....
Saya berhenti lari dan lihat kekaki, ternyata Sepatu sendal saya Terbuka - Robek dari tumit sampai ќε jari jari kaki......... Bingung jadinya, saya sudah tidak bisa lari lagi, karena pasti lepas kalau lari lagi. Akhirnya ..... Saya jalan pelan sekali dengan seret agar tidak lepas benaran bagian jari kaki, mesti naik tangga pesawat juga .... Uhhhhh Teganggg sekali takut lepas, sambil jalan Seret itu saya berdoa : TUHAN, Tolong ya jangan sampai lepas semua jari kakinya, jangan permalukan hamba MU ya TUHAN , biar bertahan sampai tiba makassar & masuk rumah. .... dalam nama TUHAN YESUS.
Sahabatku...... Ternyata TUHAN dengar doa saya, sekalipun masih jalan turun pesawat ( hati2 sekali dan tetap pakai Seret jalan saya ) - ambil bagasi & sampai di atas mobil suami jemput - sampai rumah, Sepatu sendal saya tidak terlepas bagian jari itu,,,,,,,,, Masuk rumah dan sepatu sendal itupun masuk tempat sampah . Haleluya .... Terbukti, hal2 sepele pun bila kita berdoa , pasti TUHAN dengar - jawab dan mujisat terjadi. Terimakasih TUHAN, ENGKAU BAIK YESUS,
Amin
Hamba NYA, Erna Tumbelaka
Blessing Family Centre Surabaya