Sejak tahun 1981 bersama pamannya Lim Hendri merintis
sebuah usaha di Jakarta.
Usaha yang mereka buat
adalah dengan membuka toko elektronik. Usaha
tersebut berkembang pesat.
Setelah satu tahun dibuka,
mereka sudah bisa membuka
cabang dan hal ini terjadi sampai tahun kelima.
Ketekunannya membuahkan
hasil, bahkan setelah Lim
Hendri menikah. Dia bahkan
sempat membeli sebuah ruko
dan juga rumah mewah. Dia
menjadi kaya, sehingga
kalau mau liburan ke luar kota maupun ke luar negeri sekalipun dia bisa lakukan
itu. Saat itu adalah saat yang
penuh sukacita dan bahagia.
Di tengah kebahagiaan itulah Lim Hendri melihat kerusuhan. Saat itu mahasiswa berorasi di
mana-mana. Dia begitu kuatir
sehingga dia cepat-cepat
nyetir agar cepat sampai di rumah. Saat itu handphone
masih belum ada. Setelah pulang, Lim Hendri
memberitahu istrinya apa
yang dia lihat di jalan tadi.
Namun, dia kembali tenang
setelah istrinya mengatakan
bahwa hal tersebut tidak ada apa-apa.
Yang mengejutkan adalah keesokan harinya. Ketika Lim Hendri berada di tokonya,
dia kembali dikejutkan
dengan berita yang datang.
Semua karyawan sudah kumpul seperti biasanya jam 7.30 WIB saat itu. Tiba-tiba ada telepon yang masuk jam
10.00 dari saudaranya yang
mengatakan bahwa ada pom
bensin yang dibakar di
daerah Citraland. Beberapa waktu kemudian, dia pun mendengar ada pom bensin
yang lain yang juga terbakar. Saat itu juga, Lim
Hendri mendengar ada toko /
minimarket yang mulai dijarah.
?Saya ketakutan sekali.
Saya pikir kan kalau barang
dagangan saya ini elektronik, barang yang
termasuk barang mahal.
Saya kuatir bagaimana dengan dagangan saya.
Saya mendengar toko-toko
lain barangnya dijarah, nah ini kalau elektronik
bagaimana? Kalau toko saya
dijarah, bagaimana
tanggungan saya untuk pabrik, karena saya kan
ambil barangnya dari pabrik.
Jadi saat itu saya tetap jaga toko saya.? kisah Lim Hendri saat kerusuhan 1998
tersebut.
Detik demi detik Lim Hendri
menunggu sambil berdebar-debar. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain menunggu.
Namun, keadaan semakin memanas. Lim Hendri benar-
benar kalut memikirkan
tokonya. Bagaimana dengan
dagangannya. Lim Hendri
bersikeras bertahan di
dalam tokonya. Pada pukul
14.00 WIB, semua
tetangganya mulai tutup toko
namun Lim Hendri tetap buka.
Sampai jam 15.00 WIB, ketika dia melihat situasi tidak
memungkinkan lagi, akhirnya
dia pulang ke rumah.
Sepanjang perjalanan pulang
ke rumah, Lim Hendri
mengatakan bahwa, ?Saya
melihat toko, rumah, salon,
bengkel mobil dijarah. Saya
juga dengar ada
pemerkosaan dan pemukulan. Waktu saya
dengar itu saya jadi takut sekali.?
Setelah sampai di rumahnya,
ketakutannya semakin
menjadi-jadi ketika salah
seorang karyawannya
meneleponnya dan mengatakan bahwa tokonya
adalah satu-satunya toko
yang dibongkar.
?Pak, toko kita satu-satunya toko yang
dibongkar??
?Gimana sekarang
keadaannya??
?Sekarang lagi dibongkar nih, sekarang dibongkar Pak!?
?Sudah terbuka??
?Sudah terbuka??
?Hampir, hampir..?
?Di situ saya menangis,
bagaimana saya ketakutan.
Saya bilang ke Tuhan, ?Tuhan selamatkanlah saya.
Saya ikut Tuhan kan semuanya baik. Ini bagaimana toko saya mau
dibongkar. Saya ada pinjaman, saya ada utang di pabrik. Barang-barang bukan semuanya punya
saya. Saya harus
bagaimana?? ?
Lim Hendri menerima telepon lagi yang ketiga atau
keempat. ?Pak, sudah terbongkar..?
Saat itu juga Lim Hendri dan istrinya menangis. Mereka memikirkan apakah mereka
bisa membuka toko lagi,
apakah bisa dagang lagi. Apa
yang akan terjadi
selanjutnya? Di tengah
kepanikan yang terjadi, mereka hanya bisa berserah kepada Tuhan. Namun,
mereka tak pernah tahu apa
yang akan terjadi keesokan harinya.
Pukul 04.00 WIB, Lim Hendri
kembali ditelepon oleh karyawannya. Saat itu,
karyawannya yang berjumlah 5 orang, sudah
standby di depan toko.
Mereka mengatakan bahwa mereka akan mengangkut
barang dagangan tersebut.
Mereka juga sudah minta ijin
kepada petugas keamanan di sana. ?Tapi saya minta Bapak keluar, karena sekarang
barang dagangan sudah banyak yang hilang. Jadi
sudah tidak sesuai dengan
stock bagaimana?? kata salah satu karyawannya di
telepon. Saat itu juga, Lim Hendri langsung ke toko
memakai ojeg. Saat-saat yang masih mencekam
tersebut, Lim Hendri pergi ke
toko menyelamatkan semua sisa barang dagangannya.
Tanpa diduga, bahaya kembali menghadang. Di
sebuah persimpangan,
mobilnya dicegat. Mobil tersebut tetap jalan, tapi
mereka mengejar. Massa itu bukan hanya mengejar,
mereka juga bawa pentungan. Mereka ingin
membakar mobil tersebut.
Saat itu, Lim Hendri berdoa,
?Tuhan, kalau Tuhan memang ada dan hidup,
tolong saya. Buat mereka tidak dapat melihat saya lagi.?
Hal yang luar biasa terjadi
ketika ada suatu
persimpangan jalan yang
sudah dekat rumahnya,
mereka semua yang mengejar belok kanan, tidak ada yang mengikuti /
mengejar Lim Hendri. Berkat
bantuan tetangganya,
akhirnya sisa barang dagangan itu dapat diamankan.
Blessing Family Centre Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar