Saya mengucap syukur pada
Tuhan atas pertolongan,
pimpinan dan kasih setia
Tuhan pada saya dan
keluarga khususnya pada
saat terjadi kerusuhan bulan
Mei tahun 1998 lalu. Meski
kejadian ini sudah lama
lewat, namun bila saya
sekeluarga mengenangnya,
maka kami kembali menyadari
sepenuhnya akan
perlindungan Tuhan pada
kami.
Saat itu saya masih tinggal
bersama orang tua di daerah
Karawaci, dekat pasar
Malabar Tangerang. Tangga;
13 Mei tersebut sekitar pk 9
pagi, saya mendengar ada
keributan di depan rumah
dan sekitarnya. Memang
saya tidka masuk kantor hari
itu karena kejadian kemarin
harinya dimana ada sejumlah
penembakan terhadap
mahasiswa Trisakti, dan
kantor saya terletak tidak
jauh dari sana. Saya memilih
di rumah saja hari ini, kuatir
kejadian tersebut masih
merembet besoknya.
Saat itu, dari jendela rumah
saya melihat banyak
kendaraan, baik bis-bis
besar, mobil, angkot, becak,
dsb tengah panik berlarian
dan mulai kelihatan asap api
kebakaran. Ternyata pasar
Malabar sudah dibakar.
Tetangga-tetangga sekitar
buru-buru sibuk
membereskan barang-
barangnya dan mengungsi.
Terutama agar jangan
sampai ada kendaraan di
depan rumah karena pasti
memancing para perusuh.
Saya menjadi panik karena
ada 2 kendaraan yang
sedang ada di depan rumah,
sedang garasi hanya muat
untuk satu mobil saja. Saya
segera menyuruh adik saya
untuk memindahkan salah
satu mobil ke tempat lain.
Syukur Tuhan menolong
sehingga ada yang orang
sekitar yang berbaik hati
memberikan tempatnya untuk
menaruh mobil. Namun
rupanya karena panik, yang
dipindahkan justru yang
Carry, yang Kijang ditinggal
di rumah. Padahal garasi
pendek sehingga pintu rolling
door garasi tidak bisa
ditutup.
Setelah adik saya kembali
dari menaruh mobil yang
satunya, datang arus orang
banyak, toko-toko sekitar
sudha di jarah. Rumah saya
memang berada di daerah
toko-toko atau ruko. Kiri-
kanan saya adalah toko,
cuma tempat tinggal saya
yang rumah. Sebagian besar
penghuni sekitar sudah pada
ngungsi. Pagar-pagar
dengan cepat dirusak /
disontek dengan linggis oleh
kelompok orang yang tidak
tahu dari mana asalnya.
Setelah pagar terbuka,
mereka memprovokasi
masyarakat sekitar,
sehingga pada menjarah.
Keadaan sangat ribut.
Kami sekeluarga tidak
sempat mengungsi, hanya
bisa bersembunyi dan diam
serta memohon perlindungan
Tuhan. Rumah/toko sebelah
saya sudah dijarah sampai
habis. Padahal satu minggu
lagi ia mau menikahkan
anaknya. Orang-orang yang
lewat sudah mengincar rumah
saya karena ada mobil
kelihatan. Terdengar
teriakan "Ada mobil !! Ada
mobil !! ... Orang Cina !!..Orang
Cina!!
Kami semua merasa sangat
takut dan hanya bisa berdoa.
Ajaib, anjing kami yang
biasanya menggonggong bila
ada tamu, kini justru diam
tak bersuara sama sekali.
Semua tidak ada yang berani
bersuara ? hening , kami
berdoa agar orang-orang
tersebut melewati rumah
kami. Menurut cerita
tetangga, orang-orang
sudah minta agar pagar
didobrak, tapi gerombolan
provokator (yang
mendobrak/ menyontek
pintu, kira-kira 10 orang
berwajah seram) tidak
memperdulikan seruan
orang-orang atau penduduk
tersebut. Syukur puji Tuhan,
mereka melewati rumah kami.
Malamnya kami berjaga,
karena banyak pencuri/
maling dimana kiri-kanan
kami telah kosong ditinggal
penghuninya. Kebanyakan
mengungsi ke gang belakang
yang dijaga warga dengan
siskamling. Besoknya masih
ada sekelompok orang yang
menunjuk-nunjuk rumah
saya "Ini belum dijarah,
orang Cina nih!!". Tapi
mereka ketahuan oleh Pak
RT dan karena jumlah
mereka tidak banyak,
mereka dikejar pak RT dan
warga sehingga orang
tersebut lari.
Kami sangat bersyukur
bahwa Tuhan menjaga dan
memelihara kami. Biarlah
kesaksian ini boleh
memuliakan namaNya dan
menjadi berkat bagi para
pembaca.
Yulie Hanna
Blessing Family Centre Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar