Berbagai ilmu kesaktian dan
jimat yang telah dimilikinya
tidak juga membuat pria
muda yang bernama Agus
Iswahyudi ini mendapatkan
ketenangan batin. Hal itu
membuat Agus makin
beringas hingga nekat
menggali kuburan seorang
wanita yang baru saja
meninggal demi mendapatkan
tali pocong-nya.
“Setelah saya mendapat
informasi kalau di tetangga
desa saya ada seorang
perempuan muda yang hamil
tiga bulan dan baru saja
meninggal dunia, lalu saya
langsung datangin. Saya ikut
melayat, saya ikut
memakamkan dan malamnya
saya coba mengintai
ternyata ada yang
menjaganya.”
Setelah melakukan
pengintaian kuburan
tersebut selama tiga hari,
akhirnya Agus membulatkan
tekadnya untuk melakukan
tindakan gilanya. Dengan
mengendap-ngendap
ditengah kegelapan malam,
Agus mendekati kuburan
yang dijaga oleh tiga orang
tersebut.
“Saya menunggu hingga
situasi benar-benar tenang.
Saya lihat disitu ada tiga
orang yang menjaga, yaitu
suami wanita yang
meninggal, bapaknya dan
salah seorang kerabatnya.
Lalu saya membacakan
mantra untuk menyirep
mereka. Setelah itu saya gali
kuburannya.”
Agus menggali kuburan
tersebut dengan dipenuhi
rasa takut luar biasa hingga
dirinya gemetar dan
bercucuran keringat, namun
dirinya memberanikan diri
untuk mengambil tali pocong
dari mayat tersebut.
“Waktu mengambil itu (tali
pocong), tangan saya
sempat menyentuh si mayat.
Hal itu membuat saya
gemetaran takut yang tidak
bisa diutarakan. Namun
sekali lagi saya nekat
karena saya ingin selamat,
saya ingin kuat, saya ingin
sakti, saya ingin
mendapatkan sesuatu yang
lebih dan lebih lagi.”
Obesesi Agus kepada
berbagai jimat dan ilmu
kesaktian ini bermula dari
kekaguman kepada ayahnya.
Ayahnya adalah seorang
dalang, namun bukan hanya
karena kepiawaian sang
ayah dalam memainkan
wayang yang membuatnya
kagum, namun juga karena
kesaktian yang dimiliki
ayahnya yang membuatnya
dikenal sebagai seorang
dukun atau paranormal.
“Waktu itu ada seorang ibu
yang membawa anaknya
datang kerumah karena
sakit demam. Bapak
mengobati dengan secangkir
air putih yang diberi jampe-
jampe dan menyuruh anak
tersebut meminumnya.
Disitulah saya tahu kalau
bapak itu memiliki ilmu, bisa
meramal, bisa ngobatin
orang, dan jujur sebagai
seorang anak saya merasa
bangga, merasa takjub. Dari
disitu juga saya ingin belajar
ingin menjadi seperti bapak. ”
Sejak itu, Agus dengan taat
belajar dari ayahnya
berbagai ilmu kesaktian
sekalipun masih sangat kecil.
Dirinya mulai belajar puasa
Senin – Kamis dan bertapa.
“Saya masih ingat waktu
saya masih kelas 3 SD,
bapak saya mulai
mengajarkan saya untuk
puasa Senin dan Kamis dan
semedi.”
Tidak berhenti hanya belajar
dari sang ayah, Agus juga
belajar kepada beberapa
orang pintar dan juga tidak
segan untuk ketempat-
tempat keramat untuk
bersemedi dan berburu jimat.
Tetapi semua yang telah
didapatnya tidak juga
membuat Agus puas, malah
sebaliknya, batinnya merasa
tersiksa.
“Saya merasa tidak puas
dengan apa yang saya
dapat. Saya ingin mencari
dan mencari terus. Hingga
saya memiliki sekitar 29
jimat. Selain itu saya mulai
terikat. Terikatnya yaitu
karena jimat tersebut
memerlukan perawatan,
seperti memberi makanan
dengan berbagai sesajen,
dan membersihkannya. Hal
itulah yang menyita hampir
setengah dari waktu saya.
Jadi selain saya merasa
senang, saya juga merasa
tersiksa dan merasa tidak
bisa lepas. Hidup saya
seperti dikejar-kejar
sesuatu yang saya sendiri
tidak mengerti.”
Setelah dirinya merasa
cukup hebat dengan
berbekal berbagai jimat dan
ilmu kesaktian, Agus
bertandang ke Jakarta.
Salah satu tempat favoritnya
untuk nongkrong-nya adalah
di depan sebuah gereja,
namun dibalik semua itu ada
sebuah rencana jahat yang
telah dipersiapkan Agus.
“Tujuan saya nongkrong itu
untuk mencari teman-teman
orang situ, dan yang kedua
serta tujuan utamanya
adalah untuk menggaet
cewek-cewek yang baru
pulang dari gereja itu. Untuk
di pelet, untuk dijadikan
kekasih, untuk dijadiin
pacar.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar