antara teman-temannya
sewaktu kecil, Castella
memang yang terkecil, jadi
jika di sekolah pun selalu
ditempatkan di depan. Dan
teman-temannya selalu
menganggap dirinya adalah
anak bawang. Ia suka
dijahilin, oleh teman-
temannya rambutnya suka
ditarik-tarik. Oleh karena
perlakuan teman-temannya
itu, Castella merasa tidak
enak. Ia merasa dirinya tidak
ada harganya. Ia hanya bisa
terdiam, karena ia merasa
takut kepada teman-
temannya yang jauh lebih
besar dari dirinya. Ketika
pulang ke rumah, ia hanya
bisa masuk kamar dan
menangis.
Sikap teman-temannya
terhadapnya sering
menimbulkan pertanyaan
atas dirinya. "Mengapa saya
berbeda dengan orang lain?
Orang lain itu bisa main
dengan banyak teman,
sedangkan saya sulit untuk
masuk bergaul dengan orang
lain. Pikir saya dahulu,
karena apa saya jelek, atau
karena kecil... Atau karena
hal lain...?"
Terkadang ia bingung, tetapi
Castella berpikir mungkin ia
memang seperti itu, maka itu
ia sendirian saja. Ia suka
bermain sendiri saja.
"Saya lebih suka
menghabiskan waktu di
kamar sendirian, main
dengan apa yang ada di
kamar saya. Saya bisa
mengontrol apa yang saya
inginkan sendiri," kisah
Castella mengenai
kesendiriannya dari semasa
kecilnya.
Ibunda Castella yakni Berta
berkisah, "Semakin hari
semakin besar kekuatiran
saya karena Castella
semakin hari semakin besar
juga dan semakin parah
juga. Saya tidak mau Castella
seperti anak yang
terbelakang, saya mau dia
maju dan berkembang."
Ibunya pun kerap memuji
dirinya untuk menumbuhkan
rasa percaya diri dalam diri
Castella. "Tetapi di pikiran
saya, apa yang mereka
katakan mengenai diri saya
itu tidak benar. Karena saya
lebih dengar apa kata orang
itu bahwa saya anak yang
aneh, anak yang berbeda,
anak yang tidak layak untuk
main-main bareng dengan
mereka."
Akibat Kenangan Buruk
Masa Lalu
Semuanya berawal ketika
Castella masih kecil, ada
peristiwa memilukan yang
dialami Castella.
"Saking kesalnya saya...
Saking jengkelnya saya...
Saya pernah membawa
Castella ke kamar mandi, dan
menaruh dia di dalam bak
mandi. Karena saat itu
Castella menangis, menjerit-
jerit tidak mau berhenti
seperti anak yang
kerasukan. Tanpa sebab
yang jelas. Akhirnya saya
lakukan itu karena saya
bingung dan kesal," kisah
ibunda Castella.
Castella sendiri mengisahkan
respon dia dari pengalaman
masa kecilnya, "Semenjak itu
membuat saya males lagi
untuk respek kepada orang
tua. Apalagi untuk bercerita
kepada orang-tua saya...
Saya sudah tidak mau lagi."
Castella membuat benteng
dalam hidupnya, menarik diri
dari lingkungannya dan
masuk kepada setiap
gambar-gambar yang
dibuatnya. "Pasti sosok
gambar-gambar yang saya
buat selalu monster-monster
yang seram-seram, tidak
suka yang cantik-cantik.
Yang indah-indah itu
kayaknya saya tidak pernah
gambar seperti itu. Menurut
saya yang indah itu, ya,
monster."
Selama 15 tahun Castella
menutup dirinya, berbagai
usaha sudah dilakukan
ibunya, namun Castella malah
lebih menutup rapat-rapat
dirinya.
Pada suatu ketika, ada
beberapa orang yang
mendekati dirinya dan
mencoba dekat dengan
Castella. "Waktu kelas 2 SMA
ketemu dengan orang-orang
yang saya merasa diterima
oleh mereka. Jadi waktu itu
saya dibujukin untuk pergi
main bareng. Awalnya tidak
mau, tapi akhirnya saya
coba untuk pergi. Tetapi
lama-lama saya merasa
diterima dan merasa nyaman
juga akhirnya," kisah
Castella.
Kisah Teman-teman
Castella
"Anak ini tuh dulunya tidak
bisa nyambung jika diajak
ngobrol. Menakutkan buat
banyak orang karena ia
selalu jalan dengan kepala
tertunduk dan rambut ke
depan," kisah Syani,
pembimbing rohani Castella.
Suatu ketika Castella diajak
untuk mengikuti sebuah
acara anak muda dan lewat
acara tersebut Castella mulai
terbuka terhadap
lingkungannya. "Di situ
dikasih tahu bahwa kita itu
berharga. Seharusnya itu
kita bisa menjadi orang-
orang yang Tuhan telah
tetapkan tujuan dalam
hidupnya. Dari situ mulai
terbuka bahwa ternyata
yang selama ini saya
pikirkan tentang diri saya itu
salah. Kalaupun orang-orang
tidak menghargai saya,
tetapi Tuhan sudah sangat
menghargai saya."
Selama 15 tahun Castella
menjadi anak yang anti
sosial, namun setelah
memutuskan untuk berubah,
kini kehidupan Castella
semakin berwarna.
Ibunya berkisah, "Castella
mulai punya teman.
Kepercayaan dirinya mulai
pulih. Bisa berkomunikasi
dengan orang-orang lain."
"Kalau sekarang ia ada di
beberapa majalah, ia suka
difoto sebagai model," cerita
David.
Castella berterima kasih,
"Doa mereka yang membuat
saya akhirnya bisa berubah
juga."
Gambar-gambar yang dahulu
melukiskan kesendirian
Castella pun sekarang telah
berganti menjadi gambar-
gambar yang penuh dengan
keceriaan.
"Ketika saya membuat karya,
saya tahu sekali bahwa
Tuhan semenjak lahir sudah
memikirkan saya jauh sekali.
Pasti luar biasa sekali,"
tutur Castella.
--
BLESSING FAMILY CENTRE SURABAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar