Puji syukur saya kepada
Tuhan kita Yesus Kristus
yang memberikan
kesempatan kepada
saya untuk memberi
kesaksian di wadah ini,
biarlah ini dapat menjadi
berkat bagi kita semua.
Amin.
Saya adalah dari latar
belakang non-Kristen
tapi bersekolah di
sekolah Kristen, yang
sering mendengar
tentang Yesus tapi tidak
mengenal siapa itu
Yesus.
Saat saya masih duduk
di bangku SMP kelas I,
saya sudah kenal yang
namanya diskotik dan di
bangku SMP kelas II
saya mulai merokok
karena diajarin teman.
Sampai saya mengenal
yang namanya alkohol
(mabuk-mabukan).
Tapi itu belum seberapa.
Akhirnya setelah
memasuki umur yang
ke 18, saya mengenal
dan saya menerima
Tuhan Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamat
dalam hidup saya (itu
pada tahun 1992 bulan
4). Lalu saya jalani
sebagaimana mestinya
orang Kristen. Saya
juga melayani,
beribadah dan rajin
berdoa. 4 tahun
kemudian yaitu pada
tahun 1996, saya
mengalami proses di
gereja, saya difitnah dan
saya sakit hati sebab
pelayanan saya dicabut
dan saya tidak boleh
melayani lagi. Mengapa
ini harus terjadi?
Sementara pelayanan
saya sekarang pada
puncaknya. Waktu itu
yang saya rasakan
dunia seakan-akan mau
kiamat. Dan sangat
disayangkan saya tidak
menyelesaikan masalah
kepahitan dengan tuntas
di hadapan Tuhan dan
manusia. Akhirnya
saya bawa terus di
dalam hidup saya.
Dan pada tahun itu juga
saya diberi izin oleh
orang tua saya untuk
ambil kursus di sebuah
pusat kecantikan yang
menurut mereka saya
memiliki bakat di sana.
Setelah saya jalani, di
sana saya mulai bergaul
dengan orang-orang
yang tidak benar (saya
tetap ke gereja dan saya
pikir saya pasti kuat
menghadapi mereka).
Tidak lama kemudian,
saya disuruh nemenin
teman saya ke Aceh,
katanya sih sebentar
saja (paling banter 3
hari) dan sudah tersedia
tiket pesawatnya.
Alasannya sih katanya
ada pesta. Pesta model
apa saya sendiri saja
gak tau (ngajaknya pas
saya lagi di tempat saya
kursus). Jadi saya
pulang duluan untuk
pamitan sama ortu dan
sekalian ambil keperluan
saya.
Waktu saya minta izin,
mama saya bilang,
"Gak, nggak boleh.
Pesta apa juga gak
je;as. Pokoknya jangan
pergi." Tapi saya malah
ngotot mau pergi. Dan
akhirnya saya diberi izin
untuk pergi.
Sesampai saya di sana,
kita dijemput 2 orang
pria berumur kurang
lebih 35 tahun dan
tampaknya aneh. Saya
sudah mulai curiga
dengan perempuan
yang ngajak saya ini
soalnya sepanjang
mereka berbicara,
perempuan ini terus
mau dipegangin saja.
Tapi mungkin
perempuan ini malu
dengan saya akhirnya
dia duduk sedikit
menghindar dari
mereka. Setelah malam
tiba (kita diberi tempat
penginapan yang paling
bagus / hotel yang
terbaik di B. Aceh), satu
persatu yang katanya
teman pesta itu mulai
berdatangan ke kamar
hotel (ada cowoknya
dan ada juga
ceweknya). Kamar kita
akhirnya jadi tempat
berkumpul orang-orang
yang mau pesta itu.
Tiba-tiba muncul
seorang pria tinggi
besar sekitar 33 tahun
umurnya, dan dari balik
sakunya dia
mengeluarkan plastik
kecil berisi pil-pil yang
berwarna-warni. Dari
situ saya mulai ngerti.
Ini toh yang namanya
pesta? Dan semuanya
dibagi rata termasuk
saya tapi saya nolak
waktu itu. Kita diajak ke
lantai dasar hotel
tersebut (karena di situ
ada diskotiknya).
Disitulah mereka mulai
gila-gilaan. Tapi saya
diam saja (dan tanpa
saya sadari itulah awal
kejatuhan saya).
Sesampai kita di medan,
saya bertahan untuk
tidak mengkonsumsi pil
itu yang disebut dengan
Ecstasy. Walaupun
saya jadi sering ikut-
ikutan ke diskotik
(dengan teman dari
Aceh ini). Saya mulai
kembali merokok tapi
belum juga
mengkonsumsi pil itu,
mulai hidup tidak
karuan. Sampai
akhirnya saya pergi ke
diskotik bersama
dengan seorang teman
(dari Aceh juga, dan
bukan yang biasanya).
Waktu itu minuman
yang disuguhkan
kepada saya ternyata
sudah ada mengandung
pil ini yang sudah
dihaluskan sebelumnya
sebanyak 3 butir. Gila
memang waktu itu.
Setelah berkali-kali saya
minum, kok makin lama
makin pahit yang saya
minum. Akhirnya
dengan marahnya saya
memaki teman saya ini
karena saya sadar apa
yang sudah dia lakukan
terhadap saya.
Beberapa menit
kemudian, obat ini mulai
nereaksi, saya tidak bisa
menguasai diri lagi
karena saya belum
punya pengalaman, tapi
beberapa teman saya
tetap menjaga saya.
Dan akhirnya... saudara-
saudara mungkin bisa
menebak apa yang
terjadi. Saya sudah
mulai kecanduan, mulai
disuruh teman-teman
untuk mencari "barang"
di luar ataupun di dalam
(maksudnya diskotik).
Mulai bergaul dengan
anak-anak band dari
Bandung yang
kebetulan juga gila
tripping dan mabuk-
mabukan, mulai suka
keluyuran, tidak pernah
di rumah (1 minggu
paling banter 2 s/d 3
hari di rumah,
selebihnya di tempat
penginapan bersama
teman-teman). Makin
lama makin bertambah
kadarnya obat yang
saya konsumsikan itu (2
1/2 s/d 3 butir sekali
tenggak) dan juga
ganja. Saya mulai jatuh
dan jatuh tidak karuan.
Di dalam rumah saya
jadinya suka
memberontak,
melawan dan mencaci
maki orang tua,
mencuri uang hanya
karena ingin bersenang-
senang dan yang paling
mengerikan adalah saya
sampai berani memukul
kepala kakak saya
sendiri dengan gembok
dan menendang papa
karena saya tidak suka
kalau saya dilarang.
Akhirnya saya lari dari
rumah.
Yang lebih parahnya lagi
adalah saya punya
hubungan gelap dengan
suami orang. Saya
tidak takut sama sekali
waktu itu. Saya jalani
saja sesuai dengan
kemauan saya. Samapi
orang tua saya akhirnya
angkat tangan tanda
menyerah / pasrah
melihat kelakuan saya.
Kalau saya tidak bisa
berubah, mereka tidak
mengakui saya sebagai
anak mereka lagi. Saya
iyakan saja mereka, toh
saya merasa saya
sduah hebat sekarang.
Saya bilang sama
mereka, it's okay! Tidak
masalah. Betapa kurang
ajarnya saya waktu itu.
Setelah 6 bulan saya
berhubungan dengan
suami orang, akhirnya
saya hamil. Saya
bergumul waktu itu
dibuang atau tidak anak
ini (soalnya banyak
pendapat lebih baik
aborsi saja). Tapi
keputusan tetap ada di
tangan saya, dan saya
katakan tidak!
Hari demi hari saya
mulai berubah, saya
tidak berani ngepil, tidak
berani merokok dan
mabuk-mabukan, sebab
saya takut nanti
mempengaruhi anak
saya.
Dalam hati saya, kali ini
saya harus menyerah
sama tuhan. Kalau tidak
saya pasti mati.
Pokoknya saya harus
balik. Tanpa saya sadari
ternyata selama saya
jatuh, kakak saya dan
teman-teman saya
semua terus
mendoakan saya. Dan
akhirnya saya memang
benar-benar balik. Puji
Tuhan!
Dengan adanya anak
inilah saya bertekad
untuk balik dan itu
membuat saya
mengucap syukur.
Kalau saya tidak hamil
waktu itu saya rasa saya
tidak akan pernah balik.
Tapi Tuhan tahu apa
yang terbaik buat kita,
Amin?
Setelah itu saya datang
kepada Tuhan dengan
hancur hati. Saya minta
ampun dan saya minta
pemulihan dari Tuhan.
Dan sekarang anak saya
berumur 2 tahun (pria)
dan dia sangat pintar
dan lucu. Dan saya
juga bertekad untuk
minta berpisah dari
papanya sebab itu
melanggar Firman
Tuhan. Anak itu di
tangan saya saat ini dan
Tuhan tidak pernah
terlambat untuk
menolong saya. Tuhan
juga sudah memberikan
pasangan hidup untuk
saya. Tuhan berikan
yang terbaik, dan tahun
2000 ini kita bersepakat
untuk melangsungkan
suatu pernikahan yang
kudus dan yang
berkenan di hadapan
Tuhan. Amin.
Segala syukur, hormat,
kemuliaan hanya bagi
Yesus Tuhan kita.
Halleluyah! Tuhan
memberkati!
"Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-
rancangan apa yang ada
pada-Ku mengenai
kamu, demikianlah
Firman Tuhan, yaitu
rancangan damai
sejahtera dan bukan
rancangan kecelakaan,
untuk memberikan
kepadamu hari depan
yang penuh harapan."
(Yeremia 29:11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar