Awal perjalanan Parolan
Sinaga ke ibukota
membawanya ke
sebuah terminal yang
akan menjadi awal
perubahan besar
hidupnya.
"Begitu tidur
pagi-paginya
udah bangun
mau ngapain.
Ini duit sudah
tidak ada lagi.
Udah menipis,
bagaimana
cara makan.
Saya lihat
orang, enak-
enak aja. Ada
orang masuk
mobil,
dimintain duit.
Wih enak juga
rupanya,
gampang
juga"
Parolan pun mencoba
apa yang dia lihat dan
sebuah pengalaman
baru yang dia dapatkan
akan merubah jalan
hidupnya.
"Masih mulus,
wuh gampang
sekali ya
rupanya cari
duit ini di
Jakarta saya
pikir kan saya
kantongi..banyak..Akhirnya
saya bisa
makan pagi
itu. Ah
gampang,
besoknya
saya ulangi
lagi. Malam
kedua, ketiga
masih lancar.
Malam
keempat,
didatangi
bosnya"
"Kau ambil
lahanku. Enak
saja, siapa
kau. Kita
sama-sama
cari makan
kok, jangan
disini. Nanti
kau daripada
kubawa
gerombolanku
katanya"
Pukulan yang ia
dapatkan tak mampu
membuatnya mundur.
Parolan terus bekerja
dengan suatu rencana
yang telah ia siapkan.
"Waktu dia
datang lagi,
sebelum dia
memukul
saya, saya
duluan
memukul dia.
'Jangan,
ampun bang,
ampun bang'
aku kan cari
makan, kamu
ngapain kamu.
Setelah itu
bebas aku
berkelana
disitu, di
terminal itu"
Hukum rimba berlaku di
terminal ini. preman
yang ia pukuli ternyata
adalah seorang kepala
geng. Dengan
sendirinya, dalam
waktu yang singkat, ia
pun menjadi kepala
geng yang cukup
ditakuti.
"Yang saya
nikmati adalah
luar biasa, luar
biasa. Yang
dulunya tidak
pernah
mengenal
minuman
keras,saya
minum
minuman
keras. Mabuk-
mabukkan
sampe
kadang-
kadangdulu
aku 3 hari 3
malam aku
kuat minum.
Jadi, kalau ada
di dalam
kelompokku
itu ada yang
mengganggu
pesta miras
kami, pasti
mikir dua kali
dekat kami.
Ada yang
mengganggu
dekat kami,
pasti botol itu
kena
kepalanya.
Kita
melenggang
aja seperti itu
seperti tidak
ada kejadian"
Liar, brutal, dan
sombong sangat
terlihat jelas dalam
dirinya. Perkelahian dan
pertumpahan darah
merupakan makanan
sehari-hari baginya.
"Jadi, kalau
saya sedang
marah, saya
melihat orang
itu kecil sekali
seperti
semua. Saya
tidak
memandang
apakah dia
tinggi besar.
Saya harus
mendatangi
dia dulu.
Segala
sesuatu yang
memusuhi
saya itu saya
anggap itu
musuh yang
harus saya
hancurkan.
Pas apa yang
ada
ditangannya,
bata yang ada
bata yang
saya pukul
dan itu saya
katakan terus
terang saya
tidak pernah
takut mati"
kenyamanan sebagai
seorang preman
terminal membawa
ingatan Parolan ke
masa kecilnya.
"Bapak saya
adalah dia
sibuk dengan
dirinya sendiri
udah lama.
Bahkan dia
sibuk selalu ke
kota tiap hari
karena alasan
kerja dan itu
bisa berhari-
hari bahkan
berminggu-
minggu.
Jarang dia
pulang. Begitu
pulang, dia
marah-marah,
langsung
pukul ibu
saya, selalu
itu. Pokoknya
babak belurlah
mamakku ini.
dijambak,
diituin.
Mamakku ini
gak melawan.
Wah, saya
sangat
membenci
sekali
bapakku.
Makanya saya
dulu selalu
bilang, 'jika
saya sudah
besar, saya
akan
tumbukkan
bapak saya.
Saya akan
tonjok dia dan
saya akan
belajar bela
diri'"
Belum sempat dendam
itu terbalaskan, ayah
yang sangat dia benci
meninggal dunia dan
menyisahkan sakit hati
yang tanpa sadar selalu
ia bawa hingga ia
dewasa. Namun,
sebuah peristiwa
sejenak mampu
menyadarkannya.
"Dia nyopet
dompet.
Setelah dia
nyopet
dompet ini,
gak tahunya
dia dikerubuti
massa. Tiba-
tiba dilempar
sama aku ini
dompet. Jadi,
dia selamat,
akulah yang
dikerubuti
waktu itu.
Jadi, kalau
menurut saya
ada ratusan
orang yang
menginjak
aku. Disitulah
aku meminta
tolong Tuhan,
'Tolong
Tuhan, aku.
Tolong Tuhan'
itu aja padahal
disitu aku gak
tahu berdoa
saat itu"
Parolan terbukti tidak
bersalah. Ia pun
dibebaskan. Sejak
peristiwa itu, ada
sesuatu dalam hatinya
yang membawanya
dalam satu perubahan.
"Mulai ada
rasa
ketakutan
dari itu. Ingin
supaya hidup
kita tenang.
Jadi saya ingin
berubah untuk
memulai
kehidupan
yang baru
sebenarnya"
Bersama tiga
temannya, Parolan
mulai mengontrak
sebuah kamar dan
mulai melamar
pekerjaan serta
menata kehidupan
mereka.
"Kita coba
bawa lamaran
yang ada,
ijazah yang
ada yang pas-
pasan yang
SGO itu, yang
SMA itu kan,
tapi itulah
selalu pintu itu
tertutup. Kita
coba, tidak
ada yang buka
jalan
pekerjaan itu
bagi orang-
orang
terminal"
Ternyata perubahan itu
tidak semudah
membalikkan telapak
tangan. Bahkan hidup
Parolan semakin hancur
di tangannya sendiri.
"Pada suatu
ketika ada
perebutan
pacar inilah,
dia datang
melabrak
saya. Setelah
dimaki-maki
habis-habisan,
ya saya gak
kuat
kesabaran.
Sebelum dia
memukul,
saya pukullah
penyerang
saya ini. prek...
melihat dia
pingsan,
bukannya aku
tolong malah
kutinggali
seperti itu.
Akhirnya
mereka lapor
ke polisi"
Nasib baik kembali tidak
berpihak kepadanya.
Hukuman satu tahun
penjara menjadi
bayaran atas
perbuatannya.
"Setelah saya
masuk
penjara, saya
dipukullin di
dalam. Kan itu
setiap kamar
ada kepala
kamarnya.
Disuruh
jongkok dulu,
lari-lari, baru
abis itu
disuruh mijit-
mijit dia.
Kepala kamar,
mereka tuh
ada kasur
lengkap. Ya
seminggu
kemudian
setelahsaya
pelajari
bagaimana
caranya
supaya bisa
seperti itu.,
saya habisi itu
kepala kamar
saya ini pada
tengah
malam"
"Kan dia udah
tidur.udah
tidur semua
orang. Saat
itu, pas dia
sudah tidak
bergerak,
saya hajar itu.
Saya gak
kasih
kesempatan
dia bernafas
untuk teriak.
Akhirnya
gempar pada
malam itu,
'wah habis
kepala kamar
kita,
menyerah' lalu
dia minta
maaf. Udah
diserahkan
samaaku
waktu itu
kepala kamar
itu. Langsung
aku jadi
kepala kamar
waktu itu"
Malam itu sebuah
kebebasan baru dapat
Parolan nikmati dalam
sel kecilnya tersebut.
Hingga suatu malam,
sebuah lagu yang ia
dengar mampu
menyentuh hatinya.
"Lagunya yang
paling kuingat
waktu itu, 'ku
mau seperti-
Mu Yesus, di
sempurnakan
selalu' Jadi
mulailah luntur
kekerasan
hati ku,
kegarangan
aku tidak ada
lagi. Lalu
setelah saya
mendengar
itu, ada mulai
rasa
kedamaian di
dalam diri
saya. Mulai
kembali ingin
memuji Tuhan
seperti waktu
kecil"
Parolan pun
memberanikan dirinya
untuk mengikuti ibadah
di dalam penjara.
"Saya melihat
saya mulai jijik
sebenarnya
melihat
kelakuan saya
setelah saya
merenungkan
itu.
' Barangsiapa
Kukasihi, ia
Kutegor dan
Kuhajar;
sebab itu
relakanlah
hatimu dan
bertobatlah!'
itulah yang
membuat
saya, 'oh,
berarti Tuhan
masih sayang
kepada saya
makanya
saya dihajar,
saya
dimasukkan
ke penjara ini
supaya saya
berubah. Saya
akan berubah
total, saya
tidak akan
mengulangi
perbuatan-
perbuatan
minum. Saya
harus
menahan diri,
saya harus
bisa
menguasai diri
saya. Saya
tidak
gampang
emosi lagi,
walau
bagaimanapun
makian orang
mungkin itu
jangan sampai
memukul
orang. Itulah
tekad saya
dari dalam"
kehidupannya berubah
di penjara dan
pengampunan kepada
bapaknya pun telah ia
lepaskan. Kebebasan
yang sesungguhnya kini
telah Parolan miliki dan
ia pun menjadi pribadi
yang baru hingga saat
ini.
"Oh,
perubahan
yang saya
rasakan
sangat luar
biasa. Yang
dulunya aku
pertama-
tamatidak
bisa tenang,
sekarang bisa
tenang. Yang
dulunya saya
gampang
tersinggung
mudah
emosian, jadi
saya merasa
benar sendiri,
saya bisa
mengalah.
Yang dulunya
saya tidak
bisa
mendengarkan,
sekarang bisa
mendengarkan."
"Saat ini saya
sangat
bersyukur
sekali kepada
Tuhan Yesus
karena saya
yang dulunya
seorang
penjara
terminal boleh
diubahkan
menjadi
seorang
supervisor di
sebuah bank
swasta.
Sangat luar
biasa,"
ujarnya
menutup
kesaksian.
(Kisah ini ditayangkan
14 Oktober 2010 dalam
acara Solusi Life di
O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Parolan Sinaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar