Kesaksian oleh NN – Jakarta
Ini adalah pengalaman hidup saya di kota besar Jakarta ini. Benar kata pepatah
orang tua, Injaklah ibukota
dan jangan ibukota menginjak kami. Banyaknya
tempat hiburan dan juga bebasnya pergaulan
membuat setiap orang bisa
terlena sama glamour dan
hingar bingarnya kehidupan ini.
Enam tahun sudah saya
merantau dari daerah dan
bekerja di salah satu perusahaan swasta didaerah
pinggiran ibukota ini.
Perusahaan ini termasuk kecil dengan jumlah
karyawan tidak lebih 100 orang termasuk stafnya,
Saya bekerja sebagai staf
kantor dengan tugas mengontrol kinerja karyawan
pabrik. Gaji yang kami terima
sungguh sangat kecil walaupun perusahaan ini
adalah penanaman modal asing 100%. Namun fasilitas kantor yang banyak membuat kami betah untuk bekerja.
Siapa saja bisa
menggunakan line telepon
tanpa terkontrol, juga pemakaian komputer untuk
keperluan pribadi serta printer yang bisa dipakai
sepuasnya.
Jam kerja di kantor pun tak
terbatas, namun aturan 40 jam seminggu kerja tetap dilaksanakan. Biasanya hingga larut malam kami
masih sibuk di kantor tetapi
bukan untuk urusan kantor,
namun sibuk dengan
kegiatan masing masing, seperti menelpon siapa saja, main game, ber-internet ria
hingga membuka situs-situ porno.
Untuk hal yang terakhir itu,
saya termasuk salah seorang yang suka
melakukannya. Saya betah
berlama-lama di depan internet membaca cerita
maupun membuka gambar yang berbau pornografi.
Saya terlena dengan chatting
di dunia maya hingga terpengaruh dengan cerita
kehidupan sesama jenis di
internet.
Pikiran itu terus membayangi
pikiran saya, hingga tidak
pernah terlintas untuk mencari pacar wanita,
meskipun keluarga dan
teman selalu menanyakan
siapa pacar saya.
Dunia maya terus menguasai hidup saya, hampir setiap hari saya selalu menyempatkan diri untuk
membuka situs-situs tersebut serta chatting
dengan laki-laki yang juga
menyukai sesama jenis.
Berawal dari ngobrol di internet kemudian dilanjutkan
di dunia nyata atau kopi darat. Kehidupan seperti itu aku jalani terus tanpa
seorang pun mengetahuinya.
Saya masuk ke dalam kehidupan dengan sesama
jenis lebih dalam lagi. Dari tempat itu saya sampai ke tempat kost agak siang,
terus tidur, dan bahkan jadi
jarang kegereja karena ketiduran sehabis dugem. Saya sudah sangat terpengaruh sekali dengan
kehidupan seperti itu.
Tetapi hati kecil saya selalu sedih melihat saya, saya selalu berdoa agar Tuhan Yesus menguatkan saya untuk tidak terlibat dalam
pergaulan bebas itu, saya selalu berdoa. Tetapi saya tidak pernah kuat, memint ampun kepada-Nya. tapi
besoknya melakukan seperti itu lagi. Sungguh saya
merasa seperti orang najis yang tidak tahan menahan nafsu duniawi.
Saya pergi dari satu gereja ke gereja yang lain hanya sekedar berdoa agar saya
kuat menahan godaan ini.
Hampir lima tahun saya jatuh
dalam godaan itu dan karir
dipekerjaan saya juga stagnan, tak pernah naik naik. dibandingkan dengan teman saya yang sama sama masuk kerja kini telah
menjadi manager dan menjadi
atasan saya. Saya sendiri dari pertama masuk kerja sampai saat itu tetap dengan posisi semula.
Setiap malam saya selalu
berdoa agar saya dilepaskan
dari keterikatan nafsu tersebut. Namun begitu
selesai berdoa beberapa
hari kemudian saya
melakukannya lagi.
Menjelang perpisahan tahun
2008 ke tahun 2009 sehabis
acara di gereja saya jalan jalan ke kawasan monas sekedar melihat pertunjukan
kembang api atau keramaian.
Tepat pukul 00.00 seharusnya saya dengan saudara saya yang sudah
berkeluarga yang tinggal di Bekasi seharusnya berdoa, melakukan ibadah syukur
kepada Tuhan, dan saling
memaafkan dengan sesama
anggota keluarga maupun
dengan orang tua yang tinggal dikampung. Tetapi itu tidak saya laksanakan saya pergi ke tempat dugem
tempat biasa yang sering
saya kunjungi. Disana saya
melakukannya lagi dengan
sesama jenis.
Sepulang dari tempat itu sudah siang hari dan tanggal satu januari tanpa pergi beribadah ke gereja. Awal
tahun 2009 saya sudah berkomitmen untuk tidak
melakukan dosa itu serta mulai hidup baru, namun sama seperti tahun tahun sebelumnya saya
berkomitmen namun di tengah
jalan komitmen itu kalah dengan nafsu saya.
Akhir Januari 2009 seperti
biasa ketika libur saya pergi ke warnet plus-plus. Sore itu saya balik dari warnet itu dan ditengah jalan protokol
ibukota ini saya tabrakan.
Motor yang saya kendarai tidak apa apa, namun kaki kiri saya patah. Untungnya saya masih memakai helm sehingga kepala saya aman dari benturan keras dengan aspal.
Saya langsung dilarikan ke
rumah sakit, lalu malam itu juga dibawa ke pengobatan
alternatif patah tulang. Saya
dirawat disana hampir dua bulan.
Saya merenungi setiap malam
selama dirawat. Inikah peringatan Tuhan kepada
saya supaya saya tidak
melangkah lagi ketempat
tempat seperti itu.
Blessing Family Centre Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar