Tidak sampai di situ, timbul lagi masalah baru. Kali ini, tokonya tidak bisa dibuka.
Semua pembayaran toko
dipercepat oleh pihak
managemen toko. "Saya
bingung. Tidak dipercepat saja, saya tidak bisa bayar, apalagi dipercepat. Dariman saya bisa memperoleh
uang?"
Seakan tidak pernah habis,
masalah demi masalah datang menghampiri. Suatu hari bank menelepon Lim
Hendri. Saat itu Lim Hendri baru menyicil ruko harus dihadapkan dengan
kenyataan bahwa akan ada
penyesuaian bunga yang berlaku. Dari bunga 15%
menjadi 80%, sedangkan toko belum bisa dibuka. Saat
itu, Lim Hendri merasakan
trauma yang begitu berat,
yang belum pernah terjadi
selama hidupnya.
Yang tadinya tidak ada masalah, Lim Hendri
diperhadapkan dengan banyak hal. Selain utang di bank, Lim Hendri harus
bertanggung jawab kepada
pabrik. Keadaan sudah tidak
mungkin lagi. Dia berniat untuk kabur dan tidak
bertanggung jawab atas
utang-utangnya. Malahan, dia ingin memulangkan
istrinya dulu kepada keluarganya.
Di tengah keputusasaan
yang tidak pernah
menekannya seberat ini, Lim
Hendri beruntung mempunyai
teman-teman yang mampu
memberinya secercah harapan. Mereka tetap mau
berteman dan memberikan
masukan kepada Lim Hendri
walaupun dia sudah berada
di posisi 0 dalam hidupnya, mereka memberikan
kekuatan di dalam dirinya.
Mereka mulai berdoa dan
menangis di hadapan Tuhan,
meminta pertolongan Tuhan. Satu hari demi satu hari,
mereka tekun berdoa walaupun tidak nampak hasil dari doa tersebut. "Tapi,
saya dapat damai sejahtera.
Saya mulai tenang dan
berani mendapati kehidupan ini."
Pada hari ketiga, keajaiban terjadi. Ada empat barang dagangannya yang hilang tersebut, dikembalikan
kepada Lim Hendri dengan
satu potong surat. "Om
Hendri, saya minta maaf,
saya minta ampun. Semenjak
saya ambil barang ini dan
taruh di rumah saya, saya tidak bisa tidur. Kami
sekeluarga tidak bisa tidur.
Begitu juga dengan teman-
teman saya tidak bisa tidur."
Demikian salah satu isi surat
tersebut.
Keajaiban tidak sampai di situ saja, ketika krisis
menghampiri Indonesia, Lim
Hendri justru mendapatkan
berkat. Dalam tempo beberapa hari, dollar naik
tinggi. Waktu naik tinggi begitu, orang hitam datang
ke tokonya dan membeli TV dengan menggunakan uang dollar. Harga TV Rp 350.000 waktu itu menjadi Rp
1.100.000. Semua TV yang ada, diborong sama orang tersebut. Setelah dikirim ke
container orang tersebut, dia membayar kontan kepada
Lim Hendri.
Transaksi berlanjut lagi.
Harga barang dagangannya
dinaikkan empat kali lipat.
Orang itu banyak membeli dan memakai uang kontan untuk membayarnya. Saat orang bank bertanya kepada
Lim Hendri apakah dia sudah
bisa membayar cicilan rukonya, dia dengan
entengnya bisa menjawab berapa yang harus dia bayar. Bukan hanya itu, Lim Hendri malah bisa langsung
membayar lunas. Saat ditanya orang bank, Lim
Hendri menjawab, "Itu hanya karena pertolongan Tuhan."
"Saya percaya, semua itu bisa terjadi hanya karena
pertolongan Tuhan Yesus.
Apalagi selama kejadian
kerusuhan, kalau tidak ada Tuhan, tidak akan ada hari ini." Demikian ungkap istri
Lim Hendri.
Dari kejadian itu, Lim Hendri bisa mengambil hikmah bahwa selama ini dia hanya fokus bekerja dan kurang memperhatikan keluarga.
Kalau dulu, Lim Hendri hanya
bisa mengambil barang dagangan secara eceran,
sekarang dia bisa mengambil secara partai. Itu semua karya Tuhan. Apa yang kita anggap buruk, dapat Dia
perbuat luar biasa baiknya
dalam kehidupan kita. (Kisah
ini ditayangkan dalam Solusi
Life di O Channel pada
tanggal 16 Juni 2010).
Sumber Kesaksian :
Lim Hendri
Blessing Family Centre Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar