Kisah nyata ini sudah
terjadi kira-kira 5
tahun yang lalu, tetapi
karena ada salah
seorang teman saya
yang di dalam Kristus
membicarakan topik
ini, saya jadi rindu
untuk menceritakan
kembali dengan
harapan ini semua
bisa menjadi berkat
buat kita semua.
Kedua mertua dan
ipar-ipar saya tinggal
di Sydney, Australia.
Papa mertua saya
mempunyai
kebiasaan
membersihkan taman
belakang tiap
seminggu sekali.
Beliau menyiangi
rumput dengan
menggunakan pisau
yang berputar seperti
cakram (saya lupa
nama alat tersebut).
Jadi cuma pegang
sticknya, pisaunya
otomatis membabat
rumput itu sendiri.
Pada hari naas
tersebut, tiba-tiba ada
batu yang menonjol
sehingga pisau
tersebut kena batu
dan patah berbalik ke
arah Papa dan
memotong paha
kanannya cukup
dalam. Sebelum jatuh
pingsan ia sempat
berteriak panggil
mama mertua (waktu
itu lunch time dan di
rumah nggak ada
siapa-siapa).
Puji Tuhan setiap
lunch time adik ipar
saya selalu pulang
makan ke rumah
karena perusahaan
tempatnya bekerja
hanya 10 menit dari
rumah. Jadi hanya
selang beberapa
menit dimana Mama
sempat bingung, tapi
adik ipar sudah
muncul dan buru-
buru mereka bawa ke
gawat darurat. Puji
Tuhan lagi gawat
darurat di Sydney
nggak sembarangan,
sekalipun dokter jaga
mereka bisa
mengambil alih
pekerjaan dan bisa
dipertanggung
jawabkan. Saat itu
papa sudah siuman
dan dapat merasakan
proses pembersihan
luka di pahanya. Hal
yang paling sulit
adalah pasir dari
kotoran masuk ke
dalam lapisan daging.
Dokter sudah
berusaha
memberikan tetapi
pisau memotong
cukup dalam (untung
tidak mengenai
tulang) sehingga
dengan terpaksa ada
juga daging yang ikut
disayat dan dibuang.
Hebatnya cara kerja
dokter di sana, untuk
menjahitpun perlu
tiga lapisan (daging
dengan daging, kulit
dalam lalu kulit luar)
Karena kami punya
dokter keluarga
(teman se SMA Papa
waktu di Tegal) jadi
akhirnya dokter ini
yang kemudian
menangani (tapi
rumahnya lumayan
jauh dari rumah,
sekitar 1 jam).
Papa diberi antibiotik
untuk mencegah
infeksi. Namun
beberapa hari
kemudian, ternyata
kakinya tetap infeksi,
bengkak besaaaarrr
sekali karena kotoran
di dalam daging tidak
keluar. Dokter
pribadinya
dihubungin untuk
membuat
appointment dan
diberitahukan bahwa
terjadi
pembengkakan, dan
beliau berjanji akan
datang akhir minggu
untuk membuka
ulang luka. Waktu itu
ia hanya
menyarankan
melanjutkan antibiotik.
Ternyata ketika dokter
datang, bisa-bisanya
dia lupa bawa gunting
dan peralatan untuk
buka luka Papa, jadi
terpaksa dia membuat
appointment baru dan
akan kembali lagi
dalam beberapa hari.
Pada waktu itu juga
dia sadar ternyata
Papa sudah lebih dari
10 hari makan
antibiotik (98 butir!)
dan harus segera
berhenti sebab Papa
sudah mulai merasa
tulang-tulangnya
kaku.
Kalau nggak salah 2
hari setelah
kunjungan dokter
(jadi nggak sempat
dibuka lagi lukanya)
pada suatu malam
(yang lain sudah tidur
semua) Papa dalam
keadaan sangaaaat
sakit, tulang &
badannya terasa
lumpuh, terutama
sakit di pahanya
malah luar biasa!
Rasanya udah nggak
punya kekuatan untuk
bicara atau minta
tolong. Lalu sambil
berbaring dia berdoa
supaya Tuhan Yesus
mengampuni semua
dosa-dosanya dan dia
juga mengampuni
dan mengangkat
semua kepahitannya
(waktu itu memang
Papa punya dendam
kepada seseorang
yang merampas harta
mereka, yang
menyebabkan mereka
sekeluarga pindah ke
Australia dalam
keadaan stres)
Nah waktu ngomong
"Ampuni...ampuni..."
tiba-tiba ia merasa
rohnya keluar dari
tubuh dan ada 2
'orang' di sebelah kiri
kanannya. Waktu dia
lihat 'orang' itu
ternyata mukanya
sendiri! Keduanya
memimpin dan
menjelaskan dimana
dia berada, cuma
yang satu suaranya
agak lembut satunya
lagi kaku dan kasar.
Mereka membawa dia
melalui sebuah lorong
menuju ke suatu
pintu besar dimana di
belakang pintu itu
banya orang
berbondong-
bondong mengantri
dan masuk satu-satu.
Begitu setiap orang
masuk, di depan
mereka
diperhadapkan lagi
dua buah pintu, yang
satu pintu menuju
'maut' dan lainnya
menuju 'Firdaus'.
Papa ada di depan
pintu itu dan tetap
ngomong "Ampuni
saya..."
Lalu tiba-tiba di
depannya
terpampang tulisan-
tulisan berwarna
merah yang tidak ada
dasarnya (jadi tulisan
itu seperti tergantung
di udara.) Semu dosa-
dosanya dan
perbuatan semasa
hidupnya ada tercatat
dalam tulisan itu,
bahkan juga nama
orang yang menyakiti
dia. Papa hanya
menangis nggak bisa
ngomong apa-apa.
Lalu tiba-tiba seorang
ibu tua yang lusuh
masuk dan berdiri
dihadapan ke dua
pintu itu sambil
menangis, "Tuhan,
kasihani anak-anak
saya kalau mereka
melakukan kejahatan.
Biarlah saya sebagai
ibu mereka menerima
hukumanMu asal
jangan mereka." Dan
ada sebuah suara
yang bicara singkat,
jelas, dan tegas penuh
wibawa berkata,
"Biarlah dosa mereka,
mereka yang
menanggungnya.
Masuklah ke rumah
BapaKu." Ibu itu
masuk ke pintu yang
menuju 'Firdaus' dan
begitu melewati pintu
itu, ia berubah dalam
sekejab mata menjadi
cantik, putih, dan
bercahaya. (Papa
mertua nggak pernah
baca Alkitab, jadi
istilah-istilah yang
digunakan
meyakinkan sekali.)
Kemudian masuk
seorang anak muda
yang ugal-ugalan.
Segera ia tahu bahwa
pintu yang satunya
bercahaya dan ia ingin
menuju ke sana. Tapi
badannya
bertentangan dengan
kakinya, sebab
kakinya membawa
dia mengarah ke pintu
'maut'. Lalu
terdengarlah suara
yang berwibawa itu,
suara itu berkata,
"Kakimu menjadi
saksi kemana engkau
pergi dan apa yang
telah engkau perbuat
selama hidupmu." (ini
kalimat yang paling
saya ingat dari
seluruh cerita) dan
segera kakinya
membawa dia masuk
melalui pintu 'maut'
sambil ia berteriak-
teriak "Nggak
mauu...nggak
mau...." dan
lolongannya makin
keras dan menyayat
hati...(kata Papa),
hopeless banget deh.
Baru beberapa
langkah, sambil
melolong kesakitan
tubuhnya meleleh,
dan kaki itu berjalan
terusss....sampai
berbunyi
"Klik..klik..klik.." (menjadi
tengkorak!) dan
akhirnya terjun ke
suatu lubang kawah
yang besar diman
jeritan dan lolongan
itu menjadi banyak
dan mengerikan!
Kemudian masuk
seorang pendeta
muda yang perlente
dan keren. Langsung
'hamba Tuhan' ini
dengan yakin
menjelaskan semua
aktivitasnya: "Saya
sudah melayani
sampai ke luar negeri,
memberitakan
NamaMu dan
melakukan banyak
hal-hal besar dalam
NamaMu." Tetapi
cukup suara itu hanya
bertanya "Dimana
jubahmu?" (saya
sampai sekarang
nggak ngerti tentang
cerita pendeta perlente
ini. Mungkin seperti di
Matius 7:23) dan
pendeta itu bungkam
tidak bisa menjawab.
Tapi herannya ia
dilemparkan ke sungai
yang mengalir di
bawah pintu itu, dan
ceritanya berakhir di
situ (nggak tau tuh
kemana...)
Terakhir masuk
seorang pendeta tua
dengan pandangan
menyesal dan dengan
suara perlahan
berkata "Ampuni saya
Tuhan. Saya tahu
sampai waktu akhir
saya belum bisa
membangun
RumahMu. Ampuni
saya bahwa hasil
pengumpulan dana
untuk gedung gereja
saya gunakan untuk
membantu jemaat
saya yang susah.
Engkau tahu Tuhan,
saya menangis ketika
seorang jemaatku
datang dan berkata
'Tolong doakan saya
Pak pendeta, ada
pekerjaan yang saya
tahu tidak berkenan
tapi harus saya
lakukan sekalipun
bertentangan dengan
hati nurani saya. Kalau
tidak istri dan anak
saya tidak bisa makan'
Saya rangkul orang
itu dan saya berjanji,
apapun yang ada di
meja saya, boleh
mereka makan,
bahkan saya bersedia
membagikan
makanan saya untuk
semua jemaat saya
yang
kekurangan" (Setiak
bercerita tentang
pendeta tua ini, Papa
selalu mengeluarkan
air mata...) Suara itu
hanya berkata
"Tidakkah engkau
ingin bertemu dengan
Bapa?" Lalu ia masuk
ke pintu 'Firdaus' dan
berubah lagi dalam
sekejap mata!
Sesudah melihat
pendeta tua itu, dalam
keadaan menangis
tiba-tiba Papa sudah
kembali ke tubuhnya
(sadar) dan tubuhnya
basah semua dengan
keringat. Tapi heran ia
punya kekuatan baru,
tubuhnya enak semua
dan ia bangun mandi
air hangat. Rasanya
ringan sekali, dan
mulai malam itu Papa
punya commitment
baru, membaca
Alkitab setiap hari.
Besok paginya (maaf)
papa buang air besar,
(Kamar mandi di
Sydney terpisah
dengan WC, jadi
ukuran WC kecil
sekali) waktu jongkok
tiba-tiba ia melihat
cairan putih bening
dengan kotoran pasir
'muncrat' ke pintu
WC, ternyata lukanya
pecah! Jadi otomatis
luka itu mengeluarkan
cairan yang
membawa kotoran/
pasir, tanpa operasi
sampai hari kedua
kempis sendiri. Ketika
dokter datang, ia
langsung bersaksi
sambil menangis
betapa Tuhan itu luar
biasa!!! Ia sembuh
total dan mengalami
kesembuhan Ilahi,
tanpa operasi ulang.
Sekarang pahanya
normal. Kejadian itu
bukan hanya
membuat dia
membaca Alkitab,
juga pribadinya
berubah jadi lebih
lembut dan perhatian.
Abba Bapa sanggup
merubah pribadi
seseorang lewat
pencobaan/perkara
yang ajaib!
---------------------------------------------------
Sebab dukacita
menurut kehendak
Allah menghasilkan
pertobatan yang
membawa
keselamatan dan yang
tidak akan
disesalkan...
II Korintus 7:10a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar