Kamis, 08 Juli 2010

Burung Di Udara Pun Dipelihara Tuhan

Roby Handoko lahir dari keluarga yang serba kekurangan. Dia dari kecil sudah merasakan apakah itu penderitaan orang miskin. Itulah yang menyebabkan Roby menjadi minder berteman dengan teman-teman sekolah ataupun teman-teman bermainnya. Mereka seringkali melihat pakaian Roby yang terlalu jelek, melihat Roby yang menyandang status anak miskin, membuat teman-temannya enggan bergaul dengan Roby.
Hidup hanyalah kesia-siaan belaka
Bukan hanya karena kondisi ekonomi keluarganya, tapi juga karena fisik yang dimiliki oleh Roby. “Saya sering diejek gitu ya, saya memang dulu kepalanya gede jadi itulah yang menyebabkan saya sering diejek. Teman-teman jadinya tidak mau bergaul dengan saya dan saya dijuluki ‘kepala gede’ oleh teman-teman. Akhirnya saya malu kalau bertemu mereka.”
Bagi Roby, hidupnya hanyalah sebuah kesia-siaan. Dia merasa dirinya hanyalah sebuah bencana bagi kedua orangtuanya. “Saya masih ingat, gara-gara saya mereka berdua ribut. Singkat cerita, saya ada pemikiran. Saya pikir kalau saya mati, mungkin itu jalan keluar buat mereka biar tidak bertengkar lagi. Saya pikir itulah satu-satunya cara. Saya lihat di sana, waktu itu ada racun serangga. Saya berharap saya meninggal dengan enak, langsung minum langsung tidak merasakan apa-apa, itu harapan saya. Dan saat saya sudah mau minum racun serangga itu, tiba-tiba ada suara…”
“Jangan…”
“Lho siapa yang bersuara? Saya bingung darimana suara itu datang. Padahal saat itu tidak ada siapa-siapa di ruangan itu. Setelah itu, saya akhirnya tidak jadi minum racun serangga tersebut.”
Gagal bunuh diri membuat keputusasaan semakin menekan batin Roby. “Saya putus asa, saya semakin tidak tahu tujuan hidup saya. Apakah ini sudah jadi takdir saya?”
Jalan pintas keluar dari kesengsaraan
Di tengah keputusasaan yang menghimpit Roby, Roby melihat suatu jalan pintas dari kesengsaraannya. Di daerah tempatnya tinggal, ada banyak jenis judi. Ada judi koprok, judi togel, dan segala macam jenis judi lainnya.
Maka mulai saat itu, Roby mencari jalan pintas tersebut. “Saya mencoba hal itu. Saya pikir, ‘Ini dia yang saya cari selama ini.’ “ Roby pun mulai terjun aktif di perjudian. Perjudian yang dia mulai pertama kali adalah judi togel. Dia mencoba peruntungannya dan ternyata berhasil. Waktu itu dia pernah kena, iseng-iseng dengan menggunakan panduan buku, dia mendapatkan keberuntungan dengan menang judi 3 angka. Itulah cara instant yang dapat menghasilkan banyak uang.
“Namanya juga manusia ya, setelah itu saya pengen mendapatkan lebih. Saya pikir, kalau cuma togel kurang.” Saat itu mulailah Roby juga menggeluti judi bola. Roby tak segan mencuri uang orangtuanya untuk usaha judi bolanya tersebut.
“Pertama kali judi bola saya cuma pasang…pasang-pasang saja. Waktu itu memang saya suka bola. Enggak tau kenapa waktu itu saya selalu menang. Setiap kali saya pasang, pasti saya menang. Teman-teman pun jadi ikut. Setiap kali mau pasang, mereka tanya dulu saya megang apa lalu mereka pun ikut pasang. Setiap kali menang, saya pun dapat komisi.”
Uang hasil menang judi bola itu, Roby pakai buat keluarga. Dia membelikan keluarganya makanan ataupun yang lainnya. Setiap kali ditanya darimana dia mendapatkan uang, dia tidak jujur mengatakan darimana. Kemenangan demi kemenangan membuat Roby tetap tidak puas. Dia makin menjadi-jadi.
“Saya tetap tidak puas. Saya berpikir, kenapa tidak saya coba saja jadi bandar?”
Sejak itulah, Roby pun menjadi bandar judi bola. Kalau awalnya dia takut-takut, semakin lama dia semakin berani. Kalau dulunya dia hanya pasang kecil-kecilan, dia mulai menaikkan taruhannya. Ditambah lagi memang dia selalu menang dan dapat uang fee dari hasil menjadi bandar judi tersebut.
Roby menang terus saat itu. Semua klub yang dia pasang, semuanya menang. Dia bisa mendapatkan uang tanpa harus mengeluarkan uang. Dia mengatur strategi dalam berjudi, dia mengatur dan memahami tiap klub. Tanpa harus kerja, dia bisa menghasilkan uang jutaan rupiah.
Jatuh semakin dalam
Pada tahun 1998, mulailah Roby mengalami kekalahan. Setiap klub yang dia yakini akan menang ternyata mengalami kekalahan. Apalagi sifat judi itu panas sehingga ketika menang kecil, ingin bertaruh yang lebih besar lagi agar dapat menang banyak. Total kekalahan Roby saat itu mencapai Rp 50 juta. Saat itulah kejatuhan Roby dimulai. Semua orang yang menang mulai menagihnya.
“Saya masih sekolah waktu itu. Ada beberapa bandar yang memang memakai jasa preman, karena memang bisnis kepercayaan tanpa ada bukti.” Jadi tidak ada bukti yang cukup untuk menangkapnya. Roby seringkali lari dari preman-preman tersebut. Namun preman-preman tersebut juga mendatangi rumahnya dan mengancam keluarganya, menyuruh orangtuanya untuk membayar utangnya. Jeratan hutang judi terasa sangat kuat. Tidak ada harapan bagi Roby untuk keluar dari masalah yang dia ciptakan sendiri.
“Saya sudah depresi saat itu. Saya tidak tahu lagi bagaimana cara untuk mengatasi hal tersebut. Saya mempunyai dua pilihan saat itu. Apakah saya harus menyerahkan diri saya ke polisi ataukah saya bunuh diri.”
Ketika Roby memilih hendak bunuh diri dengan meminum racun serangga, lagi-lagi ada sebuah suara yang mengatakan, “Jangan…” Suara itu sangat jelas sekali dan sampai membuat Roby menangis saat itu. Roby mulai berpikir, pasti ada jalan keluar. Untuk kedua kalinya, Roby batal bunuh diri karena suara tersebut.
Burung Di Udara Pun Dipelihara Tuhan
Suatu hari, karena keterpaksaan membawa Roby mengikuti sebuah ibadah. Dia mengikuti ibadah tersebut demi mendapatkan nilai dalam bidang agama. Pada saat pendeta sudah mulai berkotbah, di situ Roby tercengang. Kok semua yang dikatakan itu mirip dengan semua yang dia alami selama ini, begitu pikirnya.
“Saya tidak tahu kenapa pada saat dia berkotbah, tiba-tiba air mata saya tidak mau berhenti. Ini kenapa? Ini kenapa? Hati saya benar-benar tersentuh waktu itu. Saat itu saya menanyakan kepada diri saya, apakah ini yang Tuhan mau dalam hidup saya? Apakah Tuhan mau mengampuni saya yang rendah ini?”
Sepulang dari tempat ibadah, dengan rendah hati Roby meminta maaf kepada kedua orangtuanya dan mulai berkomitmen untuk melunasi semua hutang-hutangnya. “Saya akui semua di hadapan kedua orangtua saya. Saya berjanji tidak akan melakukan itu lagi. Kalau saya sampai melakukan hal itu lagi, saya serahkan kepada orangtua saya, terserah mereka mau apain saya.”
Roby memulai bisnis kecil-kecilan untuk mengumpulkan uang melunasi hutang-hutangnya. Dia mendatangi semua orang yang dia hutangi. Ada yang baik hati, ada yang bilang tidak usah bayar. Ada yang memberikan keringanan. Roby dan keluarga menanggung semua hutang itu dengan dicicil.
Setelah seluruh hutangnya lunas, Tuhan pun mulai membangkitkan perekonomian Roby dan keluarga. Kini, bersama keluarga yang terus mendukungnya, Roby berhasil di bidang percetakan advertising. “Kebaikan-Nya itu tidak bisa saya lukiskan. Kalau saya lihat kehidupan saya ke belakang, saya hanya bisa mengatakan bahwa itu semua hanya karena kebaikan Tuhan yang sangat luar biasa.” (Kisah ini ditayangkan dalam Solusi Life di O Channel pada tanggal 7 Juli 2010)

Sumber kesaksian :
Roby Handoko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar