Senin, 11 Oktober 2010

Bangkit Setelah 4 Hari Dianggap Mati

Rismanto sedari remaja
sudah menjadi orang
yang sangat nakal.
Perbuatannya yang
suka mencuri uang dan
telur dari ayam
peliharaan ayahnya
kerap membuatnya dia
harus dihukum. Sabetan
demi sabetan ikat
pinggang ayahnya
membuat badannya
begitu kesakitan.
Ayahnya pun tak
segan-segan
menghukumnya di
depan anggota keluarga
lainnya yang membuat
di dalam dirinya
timbullah dendam
dirinya untuk membalas
semua perbuatan sang
ayah.
Menunggu waktu itu
datang, amarah dan
dendam yang dipendam
oleh Anto kepada
ayahnya
dilampiaskannya di luar
rumah. Ia bergaul
dengan lingkungan
anak-anak yang tidak
baik, jorok, dan nakal.
Hari-harinya diisi dengan
mabuk-mabukkan.
Menurutnya, inilah
komunitas yang bisa
menerima dia.
Perbuatan Anto dan
teman-temannya
semakin hari semakin
brutal dan begitu
meresahkan
masyarakat di
lingkungan sekitarnya.
"Ada mobil lewat, saya
cegat, saya hajar itu
mobil, saya pecahkan
itu mobil sehingga
banyak masyarakat
yang resah disana. Gak
ada punya pikiran
pengen jadi orang
seperti ini atau seperti
ini," ujarnya.
Anto pun tidak percaya
dengan perkataan yang
keluar dari mulut ibunya
sendiri ketika ia sedang
menuju ke ruang ibunya
yang sedang berdoa. "Ia
bilang, 'Tuhan cepat
ambil nyawa anak saya
karena dia telah
meresahkan cukup
banyak orang' Bukannya
mengubah, tetapi dia
justru sama saja. Ia
tidak menyukai saya,
jadi untuk apa lagi saya
hidup benar kalau
semua orang tidak
menyukai saya."
Hatinya hancur, Anto
semakin liar. SUatu hari
Anto diundang dalam
sebuah pesta narkoba.
"Hari itu saya ingat
malam minggu. Pesta
dimulai jam 8 malam. Di
atas meja itulah ada
obat-obatan, minum-
minuman dan
jumlahnya cukup
banyak. Saya langsung
ambil 8 nih karena saya
pingin disebut super kan
hari itu. Kan khusus
datang dari Bandung.
Minum kan diteguk aja
gitu tanpa dihitung lagi.
Mungkin karena terlalu
banyak mengonsumsi
dalam waktu yang
singkat, langsung
minum atau telan, saya
pingsan, gak sadarkan
diri."
Rekan-rekan Anto, pergi
meninggalkannya
karena kebingungan.
Mereka begitu
ketakukan karena
dipikir dirinya sudah
meninggal jadi mereka
menyembunyikan
dirinya di ujung kursi
tamu dimana mereka
waktu itu sedang
berpesta minuman
keras dan obat-obatan
terlarang agar terlepas
dari tanggung jawab.
Selama empat hari
Anto tidak sadarkan
diri, bahkan sudah
dianggap mati. Namun
begitu lolos dari maut
malah dia semakin
menjadi-jadi. Setiap hari
kerjanya hanya mabuk
saja, bahkan seringkali
dirinya terkapar di
depan pintu kamarnya
karena mabuk berat.
Suatu hari, saat dia
terbangun dari
mabuknya, ia kaget
karena ada seorang pria
muda di samping
tempat tidurnya. Pria
yang usianya lebih
muda darinya itu pun
mengajak dirinya
bertobat dan berbalik
kepada Tuhan.
"Bang, kayaknya hari ini
adalah hari yang tepat
abang untuk bertobat.
Saya hanya ingin abang
mau berdoa , jadi abang
jangan tolak," demikian
ungkap anak muda itu.
Anto merasakan kasih
dan perhatian yang
tidak pernah di
dapatnya selama ini.
Selama dua tahun pria
tersebut setia
membimbing Anto.
Melalui kasih dari pria
tersebut, Anto pun
dapat mengenal dan
merasakan kasih
Tuhan. Kasih dan
pengampunan yang
telah diterimanya dari
Tuhan pun akhirnya
memampukannya
melakukan sesuatu
yang tidak terpikirkan
sebelumnya.
"Ketika saya tahu ayah
saya di Kalimantan,
saya rindu. Dulu saya
benci ketemu sama dia,
sekarang saya rindu
ketemu sama dia.
Kerinduan itu saya tulis
dalam surat. Saya
katakan, 'Saya rindu
Bapak. Kapan Bapak
pulang?' Saya ingin
bertemu dengan Bapak
karena saya sudah
mengampuni dia."
Untuk membenahi hidup
yang sebelumnya telah
dia hancurkan sendiri,
Anto memutuskan
untuk kuliah. Dengan
berbekal penghasilan
sebagai pedagang
asongan di lampu
merah, ia pun dapat
membayar uang
kuliahnya ketika itu.
Usahanya tidak sia-sia,
Anto lulus kuliah dengan
prestasi yang
cemerlang dan menjadi
kebanggaan bagi
keluarganya. Saat ini,
Anto telah menjadi
direktur pada
perusahaannya sendiri,
memiliki sebuah
restoran bebek, rental
mobil, dan memiliki
sebuah lembaga bahasa
asing, namun tetap
menjadi pribadi yang
rendah hati.
"Kehidupan saya dulu
tuh ibaratnya seperti
seekor kodok buruk,
yang tidak mempunyai
nilai, yang tidak disukai
orang, bahkan
kehadirannya dihindari
orang ya karena jijik.
Karena kasih sayang
Tuhan Yesus, saya
tidak lagi menjadi kodok
buruk, tetapi seorang
pangeran," ujar
Rismanto mengakhiri
kesaksiannya. (Kisah ini
ditayangkan 11 Oktober
2010 dalam acara
Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Rismanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar