Jumat, 08 Oktober 2010

Jadi Penjahat Adalah Cita- citaku

Kehidupan Yunus Kili-Kili
semasa kecil sangatlah
menyedihkan. Sang
ayah yang seharusnya
memberi perlindungan
dan kasih malah
menjadi predator yang
menakutkan.
Suatu hari ia pernah
dihajar oleh sang ayah
dengan sebuah pelepah
daun kelapa yang kering
dan tajam. Alhasil,
Yunus tak dapat
berjalan selama
seminggu karena
kakinya tidak bisa
digerakkan dengan baik.
Saat itulah dendam
terhadap sang ayah
mulai tumbuh di
hatinya, apa lagi ketika
ia tidak dianggap anak
oleh ayahnya.
Perlakuan buruk dari
sang ayah membuat
Yunus memiliki cita-cita
yang tidak biasa. "Saya
punya banyak keinginan
saat itu. Namun,
diantara semua
keinginan itu saya mau
menjadi penjahat saja."
Impian masa kecilnya
tersebut seperti
tertanam dalam
benaknya dan terpancar
melalui prilakunya.
Hingga dewasa, ia
gemar berkelahi dan
ditakuti oleh banyak
orang.
Sikap jagoan dan tidak
adanya rasa takut
membuat Yunus sering
mendapat order
pekerjaan sebagai
tukang keamanan.
Setiap orang yang
menjadi musuhnya
selalu dilibasnya tanpa
ampun. Hingga suatu
hari, Yunus harus
menghadapi situasi
yang hampir
membuatnya
kehilangan nyawa saat
ia bertandang ke rumah
kerabatnya.
"Kalau mau ke toilet
saya harus lewat
rumah seseorang.
Biasanya kalau saya
lewat, saya gak pernah
sopan, cuma hari itu
saya sopan. Ketika saya
balik dari toilet, pemilik
toilet itu negor saya
dengan nada ketus.
Tanpa banyak basa
basi, saya pukul dia.
Walaupun istrinya
nangis-nangis, saya
tetap mukul dia tanpa
ampun."
Istri orang itu akhirnya
meneriaki Yunus
sebagai maling demi
menyelamatkan sang
suami. Namun dengan
sigap Yunus segera
melarikan diri, tetapi
karena jalanan macet ia
tertangkap. Namun ia
tidak habis akal, ia
menceritakan kejadian
sebelumnya yang
dibumbui dengan
kebohongan. Mereka
berhasil diyakinkannya,
dan akhirnya ia lolos dari
amukan massa.
Ternyata peristiwa
tersebut ternyata
diketahui oleh sang
kakak, sehingga ia
dihujani oleh berbagai
nasihat.
"Kakak saya
menceritakan
bagaimana Tuhan
menunggu saya untuk
berubah dan berbalik
kepadanya. Mendengar
hal itu, amarah saya
meninggi dan
mengatakan
kepadanya, jika ia tidak
berhenti bicara tentang
keselamatan maka
saya akan
membunuhnya. Namun,
bukannya menciut,
justru ia makin berani
memberitakan injil. Ia
mengatakan, "kamu
bisa membunuh saya,
tetapi saya tahu akan
ada dimana kelak, yakni
di surga. Kalau kamu
mati? Kamu kemana
dek?' Mendengar hal itu
saya membalikkan
badan dan
meninggalkan rumah
kakak saya."
Kata-kata dari sang
kakak terus terdengar
di telinganya. Pikiran
kalut Yunus seperti
menyeretnya untuk
mengambil jalan pintas.
Ia bermaksud
mengakhiri hidupnya
dengan cara bunuh diri.
Namun sebuah mimpi
telah mengubah
keputusannya tersebut.
"Gak tahu mengapa
malam itu, saya sedang
tidur saya mendapat
penglihatan. Dalam
penglihatan saya dunia
kiamat. Langit terbelah
dua. Hancur berkeping-
keping. Dan saya
bersama orang-orang di
kampung itu, kami
semua diangkut ke
neraka. Disitu kami
menjerit ketakutan
seperti yang diberitakan
firman Tuhan. Disitu
saya teriak, 'Tuhan,
tolong saya, kalau
Engkau memberikan
saya kesempatan
bertobat, saya mau
bertobat', namun saya
merasa sepertinya hal
ini tidak mungkin terjadi
karena waktu sudah
terlambat. Di tengah
pergumulan itu, tiba-
tiba saya sadar. Saya
merasakan ada
sesuatu yang
menjamah hati saya.
sesuatu yang membuat
saya damai dan
sejahtera. Sesuatu
yang selama ini saya
cari-cari. Saya pun mulai
menangis dan mulai
mengambil keputusan
untuk menerima Dia
sebagai Tuhan dan
juruselamat. Saya pun
mengambil komitmen,
'Tuhan, saya akan
cerita kepada orang-
orang kalau kita
bertobat Tuhan Yesus
akan memberikan
damai sejahtera'."
Sejak pengalaman yang
ia alami itu, Yunus
seperti haus akan
firman Tuhan.
'Kebencian itu berubah
menjadi kasih. Sejak
saya terima Tuhan,
saya sudah bisa
melupakan apa yang
saya alami ketika kecil
dan berusaha menjadi
anak kesayangan
mereka. Saya merasa
tidak jauh lagi dari
Tuhan. Ketika saya
membutuhkan kasih
dari bapa, Tuhan Yesus
mampu memberikan
dan itu sempurna
bahkan lebih sempurna
dari Bapa yang ada di
dunia ini. Ketika saya
membutuhkan kasih
dari teman, sahabat,
atau siapa pun, Tuhan
Yesus mampu
memberikan secara
sempurna lebih dari
yang dunia berikan,"
ujarnya menutup
kesaksian.
(Kisah ini ditayangkan 7
Oktober 2010 dalam
acara Solusi Life di
O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Yunus Kili-Kili

Tidak ada komentar:

Posting Komentar