Jumat, 13 Agustus 2010

Indahya setuju dengan Tuhan (part: 2)

MAUT HAMPIR
MENJEMPUTNYA
Kebahagiaan Samuel
dan isterinya dikejutkan
dengan sebuah badai
hidup yang berat dalam
hidupnya. Ketika anak
pertamanya berumur 2
bulan tepat tanggal 2
Januari 1998 tiba-tiba
pemuda tampan ini
merasakan sakit yang
biasa ia alami yaitu
masuk angin, demam,
tenggorokan sakit dan
mata merah. Karena ia
seorang yang
berkedudukan tinggi di
perusahaan maka ia
mendapat fasilitas
pengobatan dari
perusahaan sehingga ia
memanfaatkannya
dengan berobat ke
dokter spesialis mata di
salah satu dokter mata
di samarinda, ketika
pelipis mata dipegang
oleh dokter mata itu ia
berkata "badan anda
demam, saya kasih
obat penurun panas
bernama paracetamol"
kemudian karena
keesokan harinya
demamnya tak kunjung
turun ia pergi sendirian
ke dokter umum dan
ketika itu sudah timbul
bintik-bintik merah pada
lengannya dan telapak
tangan dan kaki terasa
sakit jika memegang/
menginjak suatu benda
keras terasa sakit/
nyeri. Oleh dokter umum
tersebut ia diberi obat
pembunuh Virus "Zoter
400mg" karena
menurut diagnosanya ia
terkena infeksi Virus
ditambah dengan pamol
obat penurun panas.
Samuel tidak
menceritakan kepada
dokter umum itu bahwa
ia juga diberi beberapa
jenis obat oleh dokter
mata. Setibanya ia di
rumah ia minum semua
obat dari kedua dokter
tersebut karena ingin
cepat sembuh dan
akibatnya sungguh
mengerikan karena
mencampur sendiri
beberapa jenis obat
tersebut.
Dalam waktu empat
kali minum kira-kira
tanggal 6 Januari 1998
mendadak wajahnya
menjadi hangus
melepuh dan seluruh
rongga mulutpun ikut
melepuh juga lidah dan
kerongkongan diikuti
dengan tambah
merahnya kondisi kedua
matanya. Kulit dada
punggung tangan dan
sekujur badan ikut
hangus melepuh. "
Waktu itu saya menjadi
sangat kaget
menghadapi jenis
penyakit ini, saya masih
berusaha mengatasi
dengan cara sendiri,
segala minuman
penyegar dan obat
batuk bebas saya
minum namun kondisi
saya tambah parah. ",
ujarnya sambil terharu.
Sampai akhirnya 7
januari dia dirujuk untuk
rawat inap di RS
Dirgahayu Samarinda.
Beberapa dokter
menangani penyakit
saya dan salah seorang
dokter yaitu dokter ahli
kulit berkata bahwa
Samuel mengidap
penyakit Stevan
Johnson syndrome (SJS)
stadium 3. Dia pasien
pertama di kaltim yg
terkena penyakit yg
tergolong sangat langka
pada tahun itu, Sudah
banyak pasien di pulau
lain (khususnya jawa)
yang meninggal karena
penyakit ini pada level
stadium 2 saja. Suhu
badan demamnya
waktu itu mencapai 42
derajat Celcius jika dia
mengigil itu ranjang di
ruang isolasi tempat dia
dirawat bergetar
kencang. Isterinya
dengan tabah dan setia
merawatnya Dan
akhirnya pada tanggal 8
Januari tiba-tiba kedua
matanya menjadi Buta
Total tidak dapat
melihat apa-apa, semua
nampak putih.
Menyadari kondisi
matanya buta, dia
sempet histeris dan
stress di rumah sakit
itu dan hampir semua
perawat dimarahinnya.
Suhu badannya
meningkat hingga 42-43
derajat celcius, kadan
dia seperti orang step
dan bicara yang tidak
karuan karena saking
panas suhu badannya.
Akhirnya dokter di
rumah sakit itu berkata
sebaiknya dpindahkan
ke rumah sakit di
surabaya jika ada yang
bertanggung jawab
bersedia mengantar
karena terbatasnya
peralatan medis di RS
tersebut. Secara Medis
nampak sudah tidak
harapan.Puji Tuhan
malam sebelum
berangkat hamba
Tuhan ini meydari akan
panggilannya kembali,
waktu itu dia berdoa
dan merendahkan diri
lalu memanggil gembala
sidangnya yang dulu
untuk berdoa minta
ampun karena lari dari
Tuhan dan berjanji jika
Tuhan masih beri
kemurahan untuk hidup
maka ia akan melayani
Tuhan sepenuhnya
kembali.,
Akhirnya melalui
bantuan seorang
gembala sidang GBI di
samarinda Pdt. King
Anderonikus, Samuel
dibawa diantar ke RS
Adi Husada Kapasari di
Surabaya melalui
penerbangan di
balikpapan. Dalam
kondisi buta dan badan
yang melepuh mulai dari
ujung kepala hingga
telapak kaki dengan bau
amis yang luar biasa Pdt
King mengantar ke
Surabaya disertai
dengan seorang
diakennya.
Menurut kesaksian
pengantar waktu di
airport, Samuel hendak
buang air seni, itu air
seni yang mengerikan
yang pernah dilihatnya
karena sangat berbuih
seperti air kapur dan
waktu akan naik tangga
pesawat berteriak
kesakitan karena
tangan seorang portir
merobek kulit
punggungnya yang
melepuh karena portir
tersebut bermaksud
menggendong naik ke
kabin pesawat.
Sesampainya di RS Adi
Husada Kapasari
Surabaya, Pdt Dr Hans
Tandra seorang ahli
penyakit dalam/
internist menanganinya
dan beliaupun sangat
terkejut melihat kondisi
Samuel yang
mengerikan seperti itu.
Menurutnya dulu ada
pasien yang hanya
sepertiga parahnya dari
Samuel, iapun meninggal
dan akhirnya setelah di
checkup report medis
mengatakan
kemungkinan hidup
Samuel hanya 3 minggu
saja. Dokter spesialis
mata di Surabaya pun
mengatakan bahwa
mata Samuel akan buta
selamanya karena
sudah sangat parah
kondisinya, dokter
spesialis kulitpun
mengatakan bahwa
kulit Samuel akan
sangat lama dan sulit
untuk dipulihkan. Para
dokter itupun tidak
memberikan sebutir
antibiotik kepada
Samuel karena alerginya
melainkan memberikan
banyak infus/cairan
yang dimasukan dalam
tubuhnya. Mendengar
kematian akan
menjemputnya, dia
mulai makin
merendahkan diri dan
memegang kebenaran
2Taw 7:14 "dan umat-
Ku, yang atasnya nama-
Ku disebut,
merendahkan diri,
berdoa dan mencari
wajah-Ku, lalu berbalik
dari jalan-jalannya yang
jahat, maka Aku akan
mendengar dari sorga
dan mengampuni dosa
mereka, serta
memulihkan negeri
mereka. " Hamba Tuhan
ini mulai sadar dan rindu
kembali akan
panggilannya bahwa ia
harus hidup dan belajar
setuju dengan Tuhan
apapun keadaan dalam
pelayanannya. Dia mulai
merendahkan diri dan
bersama isteri dan ibu
serta tantenya mereka
berpuasa rantai untuk
minta belas kasihan
Tuhan, bahkan Dr Hans
pun hampir setiap pagi
pk 04.30 selalu
memeriksa dan berdoa
sambil menguatkan
iman Samuel di ruang
isolasi yang sering
digelari sebagai ruang
penghantar nyawa itu,
juga ada seorang ibu
yang selalu membesuk
dan memberi kesaksian
serta menguatkan iman
dan membangkitkan
semangat Samuel
untuk kembali melayani
Tuhan dan sampai hari
ini Samuel tidak pernah
melihat wajah ibu yang
baik itu yang telah
dengan setia
membesuknya setiap
hari selama 1 bulan
rawat inap itu.

--
BLESSING FAMILY CENTRE SURABAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar