Separuh dari hidupnya, dihabiskan Bambang untuk mengumbar nafsunya kepada wanita. Sudah banyak wanita yang sudah ditaklukkan Bambang.
Kalau untuk melakukan hubungan dengan cewek mah sudah lama karena memang saya hiperseks. Malahan adik saya sendiri yang bawa saya ke tempat prostitusi, karena saya sering berada di dunia biliar yang identik
dengan perjudian, prostitusi, mabuk-mabukan. Timbullah saya ingin mencoba.
Itulah pengalaman Bambang pertama kali dalam dunia wanita.
Selanjutnya, pengalaman itu telah berhasil mengubah hidup Bambang. Yang saya rasakan hepi, saya mulai berpikiran untuk mencari uang. Uang itu digunakan untuk melakukan hal itu. Saya tidak kenal etika, tidak kenal moral. Satu saja sih yang saya cari, saya ingin mendapatkan kepuasan.
Menjelajahi rumah prostitusi pun menjadi hobi baru Bambang.
Sebulan itu bisa lebih dari dua kali. Kepuasan saya kompleks. Biliar iya, ceweknya juga iya, obat-obatan iya.
Pokoknya saya merasakan kepuasan.
Saya tidak memikirkan tujuan hidup, yang pasti ambisi saya itu ingin mendapatkan kepuasan.
Demi mencapai ambisinya itu, Bambang rela keluar dari rumahnya. Bambang tinggal di tempat prostitusi dan merasa nyaman di sana, karena di sanalah tersedia apa yang dia mau. Apa yang menjadi latar belakang
sehingga Bambang rela keluar dari rumahnya dan tinggal di lingkungan prostitusi tersebut? Bagi Bambang, rumah bukanlah tempat yang nyaman untuk hidup.
Lahir dari rumah tangga yang berantakan, broken home dan kekerasan orangtua.
Suatu hari, Bambang habis berantem dan juga pulang telat,
langsung masuk ke kamar. Akhirnya, papanya yang masuk ke kamar dan menarik dia keluar. Bambang
dimaki-maki dan disiram di kamar mandi. Gayung yang dipakai buat menyiramnya pun dipukulkan ke kepalanya.
Sedih ya, saya menangis, kok saya diperlakukan seperti ini.
Saya, saudara-saudara saya merasa muak dengan perlakuan papa saya. Apa yang papa saya kerjain, di mata
kami semuanya salah. Itulah yang membuat Bambang mau tinggal di lingkungan prostitusi tersebut. Yang lebih parah lagi, Bambang di sana menjadi germo.
Dia menjajakan dagangannya kepada setiap orang yang lewat dan usahanya ini pun didukung oleh
germo-germo lainnya yang ada di sana.
Ditambah lagi pemasukan yang didapat seorang germo lumayan sehingga Bambang benar-benar merasakan satu kali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
Selama berada di tempat prostitusi, bisa dikatakan hampir tiap hari Bambang berhubungan dengan wanita-wanita penjaja seks. Bahkan Bambang sempat pacaran dengan salah satu wanita di sana. Usaha yang dilakukan Bambang tidak tanggung-tanggung. Untuk melancarkan usaha germonya, Bambang memakai segala cara. Bahkan dia mendatangi dukun agar bisa mendapatkan ilmu hitam.
Saya dimasukin tulisan-tulisan di badan, saya dikasih ikat pinggang dari guru di Sumedang. Demi menaklukkan wanita-wanita tersebut, Bambang semakin mencari ilmu gaib tersebut. Dia sampai disusuk sebanyak 48 susuk, 44 berlian dan 4 emas. Setiap kejayaan, pengasihan, dan kekebalan ada di tubuhnya.
Saya benar-benar terobsesi untuk melakukan hubungan seks. Selama uang masih ada, saya pasti pakai untuk begini. Saya juga sudah lama melakukan hubungan seks dengan dua cewek. Seandainya saya menang judi, langsung yang ada di pikiran saya pasti ke sana larinya, saya ingin berhubungan seks.
Semua itu tidak juga memuaskan Bambang, dia pun akhirnya terjerat ke dalam obat-
obatan terlarang.
Semua teman-temannya pun menyediakan obat-obatan itu untuknya.
Tidak tanggung-tanggung, pernah dalam sehari Bambang bisa mengkonsumsi obat tersebut sebanyak 120 butir. Setiap diminum 10 butir sekali. Setelah Bambang mengkonsumsi sebanyak 120 butir tersebut, Bambang tidak sadarkan diri selama 5 hari.
Bambang pun kemudian tersadar kembali tapi semakin hari dia merasakan hidupnya semakin hampa. Demi
menyenangkan hati ibunya, dia mencoba membangun rumah tangga. Wanita pilihan orangtuanyalah yang akhirnya menjadi istrinya. Pada saat itu, memang keinginan Bambang untuk merubah hidupnya ada.
Setelah menikah, Bambang tetap seperti itu. Main biliar tetap, minum, judi apalagi prostitusi masih tetap dia jalankan. Akhirnya, perceraian pun tidak dapat terelakkan. Pada tahun 2008, demi anaknya, dia pun kembali menikah mesikipun tidak ada rasa cinta dengan istrinya. Motifnya hanya untuk mendapatkan figur ibu untuk anaknya. Sesudah menikah untuk kedua kalinya, Bambang tetap melakukan kebiasaan buruknya tersebut meskipun tidak sesering dulu. Jika sang istri melihat suaminya hendak pergi keluar bersama teman-temannya, dia hanya bisa mengatakan agar Bambang tidak pulang terlalu malam.
Di satu sisi saya mulai merasa malu, sebenarnya saya tidak mau melakukan hal itu.
Karena istri saya memang terlalu baik.
Kisah Bambang kemudian. Selama ini, istri Bambang terus mendoakannya dan karena kebaikan istrilah
yang membuat Bambang ingin berubah.
Lalu kemudian, muncul kejadian yang menyedihkan. Ibunya divonis menderita kanker stadium 4.
Setiap hari, Bambang menemani ibunya di rumah sakit. Dia paling merasakan kasih sayang mamanya yang
menerima keadaannya yang berantakan.
Sewaktu dia bercerai dengan istri pertamanya, dia tinggal kembali ke rumah orangtuanya. Dan disitulah dia merasakan kasih sayang mamanya sehingga Bambang setiap hari berada di rumah sakit tempat mamanya berada.
Setiap hari, ada pria yang tidak dikenal selalu berkunjung ke rumah sakit. Setiap hari, Abraham membawakan
makanan, setiap hari Abraham mendoakan ibunya. Setiap hari.
Sehingga kebaikan hati seorang Abraham, menggugah hati Bambang. Setiap hari dia datang. Keluarga saya saja tidak sampai seperti itu, saudara saya juga tidak begitu.
Mulailah di situ Bambang tersentuh. Saya mulai mencari. Orang ini aneh, pendeta Abraham aneh. Siapakah dia? Mau apa dia? Punya apa dia?
Pada akhirnya, maut merenggut hidup ibunya. Di dalam dukanya, Bambang mendapatkan sesuatu yang berharga dari teladan hidup Abraham.
Manusia bagaimana dekatnya dengan kita, suatu saat akan meninggalkan kita atau kita yang akan meninggalkan mereka.
Tuhanlah yang tidak akan meninggalkan kita. Kepergian ibunya, menyisakan sebuah perenungan di hati Bambang. Saya baru tahu, saya baru tahu Tuhan itu ada. Saya mau merasakan kasih Tuhan, saya mau
merasakan cintanya Tuhan itu seperti apa.
Jadi saya tidak mau lagi jauh sama Tuhan. Di saat saya sehancur apapun, serusak apapun, Tuhan tetap
sayang pada saya. Tuhan tetap mencari saya.
Melalui kegiatan rohani yang dia tekuni serta dukungan dari orang-orang yang
mengasihinya, Bambang pun mengalami perubahan. Justru setelah saya bertobattitu, saya baru merasakan bahwa itu semua salah saya. Perjinahan, kemabukan, perjudian, kekerasan. Semua itu salah, semua itu dosa dan saya mau tinggalkan itu semua.
Setelah Tuhan panggil saya, Tuhan bilang apa.
Dia bilang, Bambang, sudah lama kamu Aku tunggu. Di situ Tuhan kasih saya hati yang baru. Bambang kemudian meminta maaf kepada anak, istri dan papanya. Dia terbuka semuanya disitu.
Dia menceritakan bahwa dia melakukan perjinahan, aborsi, pernah menjual wanita, pernah ke dukun yang macam-macam. Di situ, saya baru tahu secara detail apa yang pernah dia lakukan sebelumnya.
Saya sebagai wanita, pasti ada batasnya. Dan suami sayapun pasti ada batasnya. Tapi karena kasih Tuhan, kami mendapatkan kasih dan berkat Tuhan yang luar biasa.
Kami merasakan damai sejahtera yang luar biasa. Kisah istri Bambang, Elviana Novianti.
Meskipun papanya telah meninggal dunia, Bambang sudah mengampuni papanya tersebut. Segala dosa masa lalunya dia tinggalkan, sekarang dia menjalani hidup yang baru. Setiap kali Bambang melihat wanita yang pakaiannya kurang sopan, Bambang selalu menjaga hati dan pikirannya.
Secara manusia saya tidak sanggup, tapi Tuhan memampukan saya. Ternyata
pengharapan saya tidak sia-sia. Saya merasa hidup sama Tuhan itu simpel, asal kita mau taat. Kalau dulu kan
saya cari okultisme, kemana, capek seperti tidak ada akhirnya, tidak ada hasilnya. Tapi sekarang saya
merasakan damai sukacita. Damai sukacita itu tidak bisa dibeli dengan materi.
Dan saya tidak akan pernah malu untuk menceritakan masa lalu saya, karena saya sekarang sudah menjadi manusia baru di dalam Tuhan. (Kisah ini ditayangkan pada acara Solusi Life di O Chanel tanggal 28 Juli 2010)
Sumber Kesaksian : Bambang Nugroho
--
BLESSING FAMILY CENTRE SURABAYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar