Rabu, 11 Agustus 2010

Susah Ampuni Istri Selingkuh, Meski Aku Hamba Tuhan (part 2)

"Saya rencana mau
bunuh dia sih, saya mau
hajar pakai besi.
Akhirnya, saya telepon
adik saya itu. 'Eh, lu
mau liat ga nih, laki-laki
yang tiduri bini gua…'
Adik saya suruh saya
tahan di situ. Tak lama
kemudian kakak saya
telepon. 'Siapa tuh,
kunci dia di kamar, biar
kita kuliti dia, kita
potong-potong dia'.
Kalau saya lepasin dia
ke tangan kakak dan
adik saya, matilah dia."
Namun, ketika adik dan
kakaknya datang, dia
tidak membiarkan
mereka masuk. Evert
menyuruh agar lelaki itu
tetap di dalam rumah
dan tidak keluar rumah.
Setelah itu, Avert
meminta nomor telepon
keluarga si laki-laki
selingkuhan istrinya,
namun dia tidak mau
memberikannya.
Alasannya, "Bang,
jangan. Ayah saya lagi
sakit, nanti kalau dia
denger yang begini dia
bisa mati."
"Aku tidak mau tau,
kasih ga nomor
keluarga lu…" tanya
Evert kepada laki-laki
itu.
Saat itulah adik Evert
masuk. "Adik saya ke
dapur dan mengambil
pisau. Terus dia
disamperin.." Dia
menyorongkan pisau itu
ke laki-laki tersebut dan
meminta nomor telepon
yang diminta. "Dari tadi
kenapa…" katanya
setelah memukul
kepala laki-laki dengan
menggunakan helm.
Akhirnya Evert
menelepon keluarga
laki-laki itu. Meskipun
tidak bisa menghubungi
ayahnya, akhirnya Evert
berbicara dengan kakak
perempuannya. Mereka
datang ke rumah Evert.
Evert juga memanggil
RT setempat dan
meminta laki-laki
tersebut untuk tidak
datang di sekitar
rumah / RT tempat
mereka tinggal.
Perjanjian ini dibuat
hitam di atas putih, jadi
kalau masih
berhubungan, Evert
akan lapor polisi.
Setelah semuanya
selesai, mereka pun
pulang ke rumah. "Saya
sudah tidak mikirin
malu, saat itu sudah
tidak ada malu di hati
saya terhadap kondisi
ini." Sebaliknya, Debby
sangat merasa malu
atas kejadian tersebut.
Kejadian tersebut
membuat Debby
memutuskan untuk
berpisah dengan
suaminya. "Karena saya
pikir, buat apa lagi saya
pertahankan? Kan, saya
sudah ketahuan
selingkuh, saya sudah
tidur dengan laki-laki
lain." Namun lain dengan
yang ada di pikiran
Evertlandus.
"Buat saya, tidak ada
kata perceraian, semua
masalah kita selesaikan
bersama. Bahwa
pernikahan saya buat
sekali seumur hidup."
Perkataan Evert seperti
itu, membuat istrinya
begitu menyesal dan
sedih sekali. Kenapa ya
saya melakukan hal
seperti itu, begitu kata
hati Debby.
Memang Evert bisa
menerima kejadian ini,
namun tetap ada yang
tersisa di hatinya. Hal ini
membuat Debby ingin
menjauh sebentar dan
kembali ke rumah
orangtuanya. Evert
marah-marah, semua
barang Debby
dikeluarkan dan Debby
disuruh pergi dari sana.
Debby yang duduk di
bawah lantai, hanya
bisa menangis
menerima lemparan
barang-barang dari
suaminya.
"Saya merasa puas
kalau melihat dia
menangis, saya puas
kalau bisa menyakiti dia.
Saya ingin dia
merasakan sakit
seperti saya. Saya
memang tidak pernah
pukul dia, kalau saya
kesel banget, saya
pukul tembok." itulah
perasaan Evert saat itu.
Susah bagi Evert untuk
menghapus luka batin
yang dideritanya.
Evert mencoba berbagai
cara. Ketika di tempat
tidur, Evert memeluk
istrinya, tapi ada
perasaan tidak nyaman.
"Tapi saya merasa jijik
aja gitu, saya merasa
kok bekas orang ya?
Terkadang juga
terbayang di pikiran
saya bahwa dia tidur
dengan laki-laki lain.
Saya kok bisa seperti ini
ya? Saya komplain
dengan Tuhan."
Selama 1 tahun itu
Evert menyimpan rasa
sakit di hatinya,
meskipun sebagai
seorang hamba Tuhan,
susah baginya untuk
mengampuni
perselingkuhan sang
istri. Apalagi ketika dia
sedang mempersiapkan
materi tentang
pengampunan, terjadi
pertentangan dalam
batinnya. Dia sampai-
sampai membenturkan
kepalanya.
Kemudian ada suara
dalam hatinya. "Saya
tidak tuntut kamu
sempurna kok…Kamu
mau naik kelas."
Meskipun sangat
menyadari hal itu, tapi
Avert tetap saja
menderita. "Iya, saya
sakit lho. Saya nggak
kuat menahan. Tuhan,
saya bisa gila nih. Lebih
baik saya mati aja deh.
Saya berharap kepala
saya pecah."
Dengan segala
keputusasaan, Evert
tetap pergi ke acara
tersebut. Di atas
sepeda motor yang
setia membawanya ke
tempat tujuan, Evert
terus bicara dengan
Tuhan tentang apa
yang harus dia
khotbahkan. Dia
meminta bisa
mengampuni istrinya,
agar tidak ada rasa
sakit.
"Jadi, ketika saya
berkhotbah, Tuhan
mengingatkan jika ada
orang yang
menyakitinya,
ampunilah dia,
doakanlah dia, berkati
dia, Tuhan ingatkan
yang lebih mengena
kepada saya adalah jika
engkau memberikan
persembahan kepada-
Ku tapi punya masalah
dengan saudaramu.
Pulanglah, bereskan
masalah itu terlebih
dahulu."
Selesai ibadah, Evert
menemui sang istri.
Evert berdoa dan
mengatakan kepada
istrinya bahwa dia
mengampuni istrinya.
Sejak saat itu, damai
sejahtera ada pada
keluarga mereka.
Rumah tangga mereka
dipulihkan. (Kisah ini
ditayangkan pada acara
Solusi Life di O Chanel
tanggal 11 Agustus
2010)
Sumber Kesaksian :
Evertlandus dan Debby

--
BLESSING FAMILY CENTRE SURABAYA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar