Sabtu, 14 Agustus 2010

Kisah Korban Tragedi Poso

Sumber Kesaksian: Nice
Lingkeka, Hederita
Rongkombulu, Nimu
Wadenda
Tragedi berdarah yang
menyayat kalbu kembali
terulang di Poso. Kasus
pembantaian tragis terhadap
3 siswi SMA di Poso Oktober
lalu, meninggalkan luka yang
mendalam bagi keluarga
mereka. Sampai hari ini, foto
berbingkai dari Theresia,
Yarni, dan Alvita masih
terpasang di makam.
Hari itu, Sabtu 29 Oktober
2005, sekitar pukul 06.30
waktu setempat, ketiga gadis
remaja ini dan Noviana,
berangkat bersama ke
sekolah mereka di SMU
gereja Kristen Sulawesi
Tengah, di kota Poso. Saat
berjalan menyusuri jalan
setapak dan menuruni bukit
bambu yang disebut buyung-
buyung, tiba-tiba
sekelompok pria menghadang
dengan parang di tangan dan
mengepung mereka. Noviana,
satu-satunya yang berhasil
meloloskan diri dari mereka,
pipi kirinya robek terkena
tebasan parang. Kini dia
menjadi satu-satunya saksi
hidup yang masih
dicengkeram trauma.
Setelah peristiwa itu, orang
tua para korban menjadi
sorotan massa. Pertanyaan
demi pertanyaan seakan tak
pernah berhenti. Semua
pihak turut bersimpati, tetapi
semua itu tidak dapat
mengembalikan Theresia
(16), Yarni (15), dan Alvita
(19) ke pangkuan mereka.
SOLUSI mengundang orang
tua ke tiga korban ke studio.
Satu persatu mereka
menceritakan kenangan
tentang anak mereka.
Nice Lingkeka (Ibu
Alvita) : Dia itu yang paling
memperhatikan saya,
menyiapkan air untuk mandi
dan makanan saya. Dia
senang berkumpul, bercerita
lucu dengan teman-
temannya, dia senang melihat
teman-temannya tertawa.
Kemana saja dia pergi, dia
cepat mendapat teman. Sabtu
malam dia selalu menyiapkan
lagu untuk dinyanyikan di
gereja hari minggunya …
Sedangkan Yarni, dikenal
sebagai anak yang
sederhana, ramah, dan
berbakti pada orang tua.
Sikapnya yang santun dan
ramah membuatnya disukai
guru dan teman-temannya.
Dia juga termasuk anak yang
cerdas dan berprestasi di
sekolah.
Hederita Rongkombulu
(Ibu Yarni) : Setelah makan
dia bantu cuci piring,
menyapu, cuci pakaian,
bantu-bantu di dapur … Apa
yang saya katakan, dia
selalu ikut, tidak pernah dia
membantah …
Sepeninggal Yarni, Hederita
bermimpi melihat dua teman
putrinya berdiri di depan
pintu. Dalam mimpi itu dia
berpikir seandainya Yarni
masih hidup, dia pasti berdiri
di situ bersama teman-
temannya. Lalu dia melihat
Yarni yang sedang tidur,
terbangun. Dia berkata,
" Nak, kamu kan sudah
meninggal.". Tapi Yarni
bilang, "Tidak, mama jangan
sedih, mama jangan
menangis. Saya tidak mati,
saya hanya tidur dengan
nama Tuhan. "
Sementara itu Theresia, putri
yang paling disayangi oleh
ibunya, dikenal sebagai anak
yang ramah dan murid yang
baik di sekolahnya.
Nimu Wadenda (Ibu
Theresia) : Dia bilang ingin
melanjutkan sekolah, saya
bilang bagaimana kalau saya
tidak mampu, kamu kasihan.
Katanya doa saja mudah-
mudahan Tuhan buka jalan
supaya mama bisa
menyekolahkan saya dan
saya bisa menyenangkan
mama di kemudian hari …
Kalau saya kasih uang jajan
lebih ke sekolah, dia
kembalikan lagi … Itu anak
satu-satunya tumpuan
harapan …
Sebelum tragedi ini terjadi,
Alvita sempat menulis syair
lagu yang rencananya akan
dia nyanyikan keesokan
harinya di gereja. Inilah syair
tersebut:
Inilah kami Tuhan, yang
datang kepadaMu
Di kaki salibMu kami
berserah
Tuntunlah kami Tuhan ke
jalan yang Kau kehendaki
Bawalah kami, angkatlah kami
ke jalan yang benar Tuhan
Marilah kita semua angkat
puji bagi Dia
Jangan ada di antara kita
hidup saling membenci
Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri
Itulah yang pertama dan
yang terutama
Dalam syair yang dibuat oleh
Alvita, sebenarnya ada
pesan Tuhan untuk kita,
yaitu kita harus saling
mengasihi antara satu
dengan yang lain, dengan
cara datang kepada Tuhan,
dan minta anugrahNya,
karena Tuhan adalah kasih.
Selain itu mereka juga
menyampaikan pesan kepada
pelaku pembunuhan putri-
putrinya:
Nice Lingkeka: Kami
mendoakan pelaku-pelaku
itu, supaya Tuhan
mengampuni segala
perbuatan yang jahat itu.
Dan biarlah Tuhan mengubah
pikiran-pikiran yang jahat itu
supaya di kehidupan ke
depan ini dia tidak akan
berbuat seperti itu lagi,
supaya kota Poso bisa aman.
Nimu Wadenda: Kami
berdoa, terhadap pelaku-
pelaku, supaya kami dapat
mengampuni mereka, sama
seperti Tuhan mengampuni
kami. Jadi semuanya ini
hanya kami serahkan ke
dalam tangan Tuhan.
Hederita Rongkombulu:
Kami mendoakan mereka,
agar Tuhan Yesus
mengampuni mereka.
Mereka telah membuat suatu
keputusan yang sulit diterima
logika manusia, yakni
melepaskan pengampunan
bagi orang yang telah
merenggut nyawa anak-anak
mereka. Bagaimana dengan
anda? Dengan mengasihi dan
mengampuni, akan membuka
pintu anugerah Tuhan. Sebab
apa yang kita tabur, akan
kita tuai. Dengan menabur
kasih dan pengampunan, kita
juga akan menuai kasih dan
pengampunan dari Tuhan. Ini
yang membuat hidup anda
diberkati.
"Kamu telah mendengar
firman: Kasihilah
sesamamu manusia dan
bencilah musuhmu.
Tetapi Aku berkata
kepadamu: Kasihilah
musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang
menganiaya kamu.
Karena dengan
demikianlah kamu
menjadi anak-anak
Bapamu yang di sorga,
yang menerbitkan
matahari bagi orang
yang jahat dan orang
yang baik dan
menurunkan hujan bagi
orang yang benar dan
orang yang tidak
benar." (Matius
5:43-45)

4 komentar:

  1. ah... umat muslim di ambon kau bantai.anak kecil dan orang tua kalian bantai.iu hamil kalian keluarkan bayinya dan kalian masukkan anak kucing di dalamnya.terbayangkah oleh kalian hai bangsat,,, cuma agama kalian yg mengajarkan perang boleh membantai anak kecil dan orang tua, wanita wanita kalian perkosa.itukah agama suci kalian??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dharma Satya Teguh7 Juli 2015 pukul 13.17

      semoga Allah SWT memberi petunjuk & menyadarkan anda bahwa kebencian tidaklah harus dibalas kebencian...semuanya akan kembali kepada-Nya. Cinta yang Rahmattan LilAlamin

      Hapus
  2. May Alloh Bless aLL Moslem Poso

    BalasHapus