Selasa, 21 September 2010

Demi Ketenaran, Henry Rela Jadi Budak Seks

Henry Surentu, nama
pria ini melejit di era
tahun 70-an karena
perannya dalam
beberapa film laga.
Tetapi ketenarannya
itu diraihnya dengan
jalan yang panjang dan
berliku.
Sejak remaja, Henry
berbekal
ketampanannya dan
rayuan mautnya,
dengan mudah
menaklukan para gadis.
Tidak sedikit gadis-
gadis yang berhasil ia
perdaya, dan menjadi
pelampiasan fantasi liar
Henry. Dua orang
diantaranya malah
hingga hamil dan
menuntut pertanggung
jawaban dari Henry.
Namun Henry yang
obsesinya untuk
menjadi seorang artis
lebih memilih karirnya,
sehingga kedua gadis
itu dipaksanya untuk
menggugurkan
kandungan.
Namun perjalanan
Henry dalam meniti
karir tidaklah semulus
yang diharapkan, pada
peran pertama yang
didapatnya ia malah
diusir dari lokasi
shooting.
"Waktu itu saya bilang
kalau suatu saat saya
akan menjadi pemeran
utama," kisahnya.
Untuk membuktikan
kata-katanya itu, Henry
bahkan rela melakukan
apa saja, bahkan
sesuatu yang bagi
dirinya sendiri
menjijikkan. Seorang
sponsor menjanjikan ia
dapat segera menjadi
orang top jika Henry
mau melayani nafsu
bejat sang sponsor
yang ternyata penyuka
sesama jenis. Ternyata
janji itu bukanlah isapan
jempol, tak berapa lama
pria itu memberikan
tawaran padanya untuk
membintangi sebuah
film.
"Rasanya seperti mau
loncat karena akhirnya
dapat peran utama.
Akhirnya saya
berangkat ke Hongkong.
Setelah film drama,
saya main film aktion,"
kisah Henry.
Setelah tenar, Henry
segera mendepak sang
sponsor. Namun demi
menunjang karirnya,
Henry kembali pada
jerat perzinahan. Dirinya
rela menjadi pemuas
seks para tante-tante
untuk mendapatkan
fasilitas mobil mewah
dan pakaian bermerek.
Di puncak karirnya,
Henry bertemu dengan
gadis baik-baik yang
kemudian ia nikahi,
Heidy Stijns. Namun
pernikahan tersebut
tidaklah mengubah
Henry. Dibelakang
istrinya, Henry masih
bermain gemar bermain
wanita. Saat istrinya
bertanya tentang yang
dilakukannya, Henry
menjawab dengan
enteng, "Ya sudahlah,
kamukan sudah
menjadi istri saya."
Selama 20 tahun umur
pernikahan mereka,
istrinya tersiksa dengan
prilaku Henry. Tidak
hanya selingkuh, anak-
anaknya pun sering
dihajarnya tanpa
ampun. Tak tahan lagi
dengan perlakuan sang
suami, Heidy berseru
kepada Tuhan.
"'Tuhan aku mencintai
Engkau, tapi aku tidak
tahan lagi seperti ini.
ternyata laki-laki yang
Kau berikan kepadaku
tidak pernah
memberikan
kebahagiaan selama 20
tahunan.' Saat saya
serahkan kepada
Tuhan, saya letakkan di
bawah kakinya, Tuhan
bertindak," kisah Heidy.
Hari itu Heidy berhasil
mengajak suaminya
kedalam sebuah
pertemuan, disanalah
Tuhan mendobrak hati
Henry. Perkataan
pembicara saat itu
mengusik hati
nuraninya.
"Kita harus hidup dalam
ketaatan kepada
Tuhan. Perzinahan,
percabulan harus kamu
tolak semua, harus
kamu buang dari hidup
kamu. Karena kalau
tidak kamu tidak akan
sampai kepada tempat
tujuan. Tuhan
menghendaki supaya
kita masuk surga,
tetapi kalau kita tetap
hidup dalam perzinahan,
percabulan, dan hidup
tidak taat maka kita
tidak mendapat bagian,
sesuai dengan firman
Tuhan."
Pernyataan tersebut
menyentak Henry. Ada
perasaan ngeri terselip
dihatinya, jika ia tidak
segera bertobat.
"Saya merasa bersalah
kepada Tuhan karena
telah mempermainkan
Tuhan selama ini dan
saya melakukan
pengakuan. Saya
merasa jijik dan tidak
layak di hadapan Tuhan
atas apa yang sudah
saya lakukan. Setelah
melakukan pengakuan,
saya benar-benar
merasa lega," ungkap
Henry.
Hari itu adalah titik balik
dan awal perubahan
hidup Henry. Bahkan
dengan berani, Henry
mengakui semua
kejahatan yang pernah
dia lakukan kepada
istrinya. Sekalipun tidak
mudah bagi Heidy,
namun dengan kasih
Tuhan ia mampu
mengampuni semua
yang telah dilakukan
oleh Henry.
"Tuhan Yesus itu bagi
saya sangat luar biasa.
Dia tidak peduli dosa
kita sebesar apa, tapi
yang Dia peduli adalah
ketika kita bertobat,
kita mengakui segala
dosa kita, kita
merendahkan diri di
hadapan dia," demikian
ungkap Henry menutup
kesaksiannya. (Kisah ini
ditayangkan pada
tanggal 21 September
2010 dalam acara Solusi
Life di O'Channel)
Sumber Kesaksian:
Henry Surentu & Heidy
Stijns

Tidak ada komentar:

Posting Komentar