Kamis, 16 September 2010

Harlen, Pemabuk yang Menemukan Kasih Tuhan

"Semenjak jadi supir,
baru saya jatuh dalam
mabuk-mabukkan. Saya
datang ke pool, saya
lihat kawan-kawan
disitu kan udah
berkumpul semua. Saya
perkenalkan diri saya
kemudian setelah itu
mereka
memperkenalkan
kepada saya dengan
minuman-minuman
keras. Semenjak
mengecapnya, saya pun
mulai ketagihan," ujar
Harlen tamba membuka
kesaksiannya.
Tiada hari, tanpa Harlen
lewati dengan mabuk-
mabukkan. Alkohol
seakan sudah
membutakan akal
sehatnya.
"Segala bentuk masalah
yang saya hadapi itulah
saya selalu
mengandalkan
minuman dan ketika
saya minum kelewat
dosis, semua sudah
hilang dari pikiran saya.
Saya menjadi buka.
Saya sudah tidak
mengenal siapa kawan,
siapa lawan," ujar pria
asal Sumatera Utara
tersebut.
Hari demi hari kelakuan
Harlen semakin
menjadi-jadi bahkan
setelah menikah, sang
istri pun tidak luput dari
keganasannya. Renti,
istri Harlen kerap
mendapat pukulan demi
pukulan dari sang suami
ketika berada di rumah
sehingga timbullah rasa
penyesalan yang
mendalam dari hatinya.
"Pada saat itu saya
sangat menyesal dan
bagaimana tidak
menyesal disitu
menikah, terus..
terus..terus..terus..berkelahi,
berkelanjutan, tidak
pernah ada
kebahagiaan," ujar
Renti.
Hidup berada bagai di
neraka, penderitaan
Renti tidak cukup
penyiksaan fisik, namun
batinnya ikut terluka
karena sikap sang
suami yang
merendahkannya.
"Pada waktu makan,
kita tidak boleh makan
duluan, harus sampai
dia datang dulu dari
tempat kerja walaupun
itu jam 12 malam, kita
harus makan bareng.
Beda antara ikan saya
dengan ikan dia jika dia
makan daging, saya
tidak boleh makan
daging. saya harus
makan tempe atau
tahu. Kalau dia minum
susu, saya harus
minum teh manis.
Harus ada perbedaan
begitu," kenangnya.
"Kalau ikan asin itu saya
letakkan di meja
makan, ikan itu dibuang
dia dan kalau saya
tambah, saya harus
ngomong sama dia. Kalo
ngga, saya kena
tampar. Itulah yang
terus menerus saya
lakukan kepada dia."
Harlen seakan
kehilangan kendali
hanya karena hal sepele
dia tega melakukan
perbuatan sadis kepada
sang istri.
"Dia pulang dari kerja
karena saya tanya,
'Ada gak uang yang dia
bawa? Dia jawab gak
ada.' Memang disitu
saya marah, setelahnya
dia memukul saya dan
pergi ke dapur. Tidak
lama, dia membawa
pisau dan mengarahkan
kepada saya sambil
berkata, 'kubunuh kau,'
karena saya sudah
ketakutan melihat
pisau itu, ya saya
terpaksa diam dan gak
mau banyak bicara lagi,"
tambah wanita
tersebut.
Renty tetap bertahan
menerima perlakuan
kasar dari sang suami,
sampai usia
kandungannya delapan
bulan, ia harus kembali
merasakan siksaan
fisik. Makian dan
tendangan ke punggung
harus dirasakan sang
istri saat menemui
Herlan yang sedang
berjudi. Namun, karena
sudah terbiasa dengan
kelakuan sang suami,
air mata Renty tidak
keluar sedikit pun saat
menerima perlakuan
tak manusiawi itu.
Menghadapi kebengisan
Herlan, sang istri hanya
bisa berharap kepada
Tuhan Yang Maha
Kuasa.
"Kalau dia sudah tidur
jam 2 subuh, saya
berdoa khusus bagi dia
kadang saya tumpang
tangan bagi dia karena
saya percaya hanya
Tuhan yang bisa
mengubah ini,"
tuturnya. "Sekalipun
saya dipukulin oleh Pak
Harlen, saya sebagai
istri setiap kali pergi
kerja saya selalu
mengantarnya di depan
pintu dan saya selalu
katakan 'Tuhan, berkati
suami saya', walaupun
dipukulin setiap hari
saya tidak pernah
dendam sama pak
Harlen."
Alkohol membuat
Harlen semakin larut
dalam dunianya sampai
suatu ketika dalam
keadaan mabuk berat,
ia menabrak seseorang.
Panik, ia pun
meninggalkan korban
dan tidak hanya itu ia
pun pergi ke Jakarta
tanpa membawa istri
dan anaknya yang
masih sangat kecil.
Keadaan mulai sedikit
berubah bagi Renti.
"Ya bisa saya katakan
sekalipun Pak Harlen
tidak ada, kami merasa
bahagia."
Peristiwa tabrakan
tidak membuat Harlen
jera. Dalam pelariannya
ke Jakarta, ia malah
semakin menjadi-jadi.
Alkohol terus menjadi
temannya dikala
senggang, tetapi itu
tidaklah lama. Perasaan
lelah terhadap kondisi
yang ada membuat
pendamping hidup dari
Renti Purba itu mulai
menginginkan sesuatu
yang baru. Sampai
suatu hari, saat dia
pulang ke rumah
saudaranya, dia melihat
ada sekumpulan orang
berkumpul di rumah itu.
"Saya melihat mereka
antusias dengan
bersorak, tepuk tangan,
sambil berdiri, joget-
joget gitu, memohon
kepada Tuhan sampai
keringatan. Saya lihat
itu dan saya tertarik
banget gitu."
Dengan rasa penasaran
yang tinggi, Harlen pun
mengikuti acara
tersebut.
"Disitulah saya rasakan
seolah-olah saya berdiri
itu kayaknya pinggang
saya ringan banget
pada hari itu. Sukacita
sangat luar biasa. Pada
saat itu, masalah saya
sudah terlepas dari
pundak saya pada hari
itu."
Saat itu Harlen tersadar
bahwa dia
membutuhkan
pertolongan. Setelah
acara tersebut selesai,
ia pun memberanikan
diri untuk menceritakan
masalah hidupnya.
"Saya ceritakan sama
hamba Tuhan disitu,
'Istri saya tinggalkan di
Medan situ, anak saya
tinggalkan juga disini.
Kami 3 tahun sudah
tidak ketemu lagi dan
tolonglah biar saya
dipulihkan dari masalah,
karakter mabuk-
mabuk, yang kuat
merokok', Hamba
Tuhan ini pun
menumpang tangan
kepada saya. Begitu
selesai, perasaan saya
plong semua."
Hari itu, Harlen
membuat komitmen
untuk meninggalkan
kebiasaan buruknya. la
pun mengikuti kelas
bimbingan rohani.
"Mungkin pada saat itu
ibarat kalau tanaman,
saya sudah layu pada
saat itu, tetapi karena
sudah disiram kembali
dengan firman Tuhan
pada hari itu, jadi mekar
kembali."
Tidak lama kemudian,
Harlen pun meminta
istrinya untuk datang
ke Jakarta.
"Dia mengatakan, 'Saya
sudah berubah 100
persen, datanglah
kemari,' Namun, saya
berprinsip, 'Bagaimana
mungkin dia bisa
berubah. Orang brutal
seperti itu gak bakalan
bisa berubah,"
Tetapi, setibanya Renti
sampai di Jakarta, ia
dikejutkan dengan sikap
sang suami.
"Sampailah kami disini 9
desember 2008, saya
lihatlah perubahan dia.
Pada waktu saya mau
makan, dia berkata
'Berdoa dulu', nah
disitulah saya merasa
bangga, 'Tuhan terima
kasih dia benar-berubah
berubah".
Melalui satu pribadi,
akhirnya Harlen bisa
meninggalkan hidupnya
yang lama. Perubahan
itu pun sangat
berdampak positif pada
kehidupan keluarganya.
"Sampai sekarang ini,
dia betul-betul bertobat
dan perubahannya
drastis 100%. Itu
karena Kristus. Sebelum
ia mengenal Tuhan,
wajahnya seperti Singa
dan hatinya pun seperti
Singa. Jadi, sekarang ini
saya lihat wajahnya
penuh kedamaian
sehingga saya tidak
mau jauh dari dia saat
ini," ujar Renti.
"Saya bisa hidup ini,
rumah tangga saya bisa
pulih seperti ini. Saya
bisa saling mengampuni
dengan istri dan saling
mengasihi; itu karena
pertolongan Tuhan
Yesus sendiri kepada
kami. Tanpa
pertolonganNya, kami
tidak bisa hidup bisa
seperti ini," kata Harlen
menutup kesaksiannya.
(Kisah ini sudah
ditayangkan 10 Maret
2010 dalam acara Solusi
Life di O'Channel.)
Sumber Kesaksian:
Harlen Tamba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar