Sabtu, 04 September 2010

KESAKSIAN MANTAN PERAM AL DAN AHLI H ONG SUI (part : 1)

Nama asli saya adalah
Tjong Khim Long/
Tjuk Lin Tse alias
Yusuf. Tjuk Lin Tse
adalah nama praktek
saya. Saya berasal
dari Kalimantan Barat
dan sudah menetap di
Jakarta selama 21
tahun sebagai
seorang Sinshe. Saya
juga masuk dalam
ikatan Sinshe-sinshe
di Indonesia. Sebagai
peramal nasib, saya
mulai dengan
memasang tarip
sebesar Rp. 500,
untuk setiap pasien.
Tarip terakhir
sebelum saya
bertobat, yaitu tahun
1988 sebesar Rp.
150.000, setiap pasien
untuk waktu ½ jam.
Pasien saya begitu
banyak sampai harus
menunggu giliran 2-3
bulan, bahkan 4 bulan
untuk diramal
nasibnya.
Selama 21 tahun saya
tidak pernah
memasang iklan,
tetapi dapat menjadi
begitu terkenal dan
saya mempunyai 46
orang murid, baik di
dalam maupun di luar
negeri, terdiri dari 34
pria dan 12 wanita:
Murid yang paling jauh
dari
Canada,sedangkan
yang paling dekat dari
Singapore dan
Malaysia. Yang dari
Indonesia terpencar
dari berbagai daerah.
Setiap murid harus
membayar antara
9-10 juta rupiah pada
saat itu. Mereka
belajar hal meramal
nasib, melihat Hong
Sui,membuat Hoe dan
Pak Kwa.
1. CARA MERAMAL
NASIB
Sekarang saya
mau
menerangkan
bagaimana saya
meramal nasib.
Sewaktu pasien
mendaftar dan
tiba gilirannya
untuk diramal
maka pada saat
pasien datang,
saya dapat
mengetahui
persoalan apa
yang terjadi yang
menyebabkan
pasien tersebut
mencari saya; baik
itu masalah
usaha, masalah
rumah tangga dan
lain-lain. Saya juga
dapat mengetahui
penyakit apa yang
diderita oleh
pasien tersebut
atau penyakitnya
mengharuskan dia
dioperasi dan
barapa kali dia
sudah dioperasi
saya dapat
mengetahuinya.
Lebih dari itu,
anak-anaknya
dengan tanda-
tanda yang ada
pada tubuhnya
laki-laki atau
perempuan, janda
atau duda dan
lain-lain,
semuanya dapat
saya ketahui.
Sebenarnya itu
bukan karena
kehebatan saya,
sebab cara saya
meramal berasal
dari ilmu
keturunan nenek
moyang saya,
bukan karena
mempelajari buku-
buku. Sejak kecil
saya sudah dilatih
dengan
sembahyang,
puasa serta
membaca
mantra-mantra.
Pada saat saya
menghadapi
pasien untuk
diramal,
sebenarnya roh
yang pada pasien
itulah yang telah
memberitahu
kepada roh yang
mengikuti saya.
Murid saya yang
belum
sepenuhnya
luluspun sudah
dapat disertai
dengan roh yang
dapat
memberitahukan
segala sesuatu
kepadanya.
Dengan adanya
roh dari pasien
yang
memberitahukan
kepada roh yang
mengikuti saya,
kemudian
mamberikan
firasat kepada
saya, maka saya
berani
menyampaikan
ramalan nasib
pasien saya
secara tepat.
Lalu bagaimana
saya yang
memiliki latar
belakang
kehidupan yang
sedemikian, dapat
percaya kepada
Tuhan Yesus,
padahal
sebelumnya saya
sama sekali tidak
dapat percaya
kepada Tuhan
Yesus. Menurut
pendapat saya
sebelumnya,
Tuhan Yesus
tidak sebangsa
dengan saya,
bagaimana Dia
dapat membawa
saya ke Sorga?
Mimpipun tidak
mungkin, pikir
saya. Saya
mengatakan,
bahwa Alkitab
adalah tulisan
manusia, bukan
secara langsung
dijatuhkan dari
langit. Namun
ternyata saat ini
saya dapat
menjadi orang
yang lebih percaya
kepada Tuhan
Yesus, lebih
daripada sebagian
orang-orang
Kristen.
Saya menjadi
Kristen bukan
melalui kesaksian
Orang Kristen,
bahkan
seandainya ada
yang
menyodorkan 100
juta rupiah
sekalipun supaya
saya mau menjadi
orang Kristen,
saya akan
menolaknya. Saya
dapat percaya
kepada Tuhan
Yesus melalui
satu proses yang
panjang dari
Tuhan sendiri.
2. KENAPA SAYA
DAPAT PERCAYA
KEPADA TUHAN
YESUS?
Tgl. 01 Pebruari
1988 itulah titik
awal di mana
saya mulai
percaya kepada
Tuhan Yesus.
Setiap manusia
mamiliki cinta
kasih dan melalui
hal inilah saya
dapat mengenal
Tuhan Yesus.
Cinta kasih yang
akan saya
paparkan di sini
adalah cinta kasih
antara suami
istri.
Pada tgl.23 Maret
1987 isteri saya
telah meninggal
dunia karena
penyakit tidak
nafsu makan.
Meskipun saya
seorang Sinshe,
saya tidak pernah
membuka resep
untuk isteri saya,
melainkan
menghubungi
Sinshe lain yang
terkenal untuk
membukakan
resep untuk istri
saya.
Di rumah saya ada
satu kamar yang
keadaannya
seperti layaknya
sebuah kelenteng,
21 tahun yang lalu
patung yang saya
sembah itu dapat
bergerak dan
selama isteri saya
sakit, saya
menyembah
kepada berhala-
berhala itu.
ternyata hasilnya
tidak ada,
demikian juga
usaha-usaha saya
yang lain bagi
kesembuhan isteri
saya.
Terakhir isteri
saya masuk
rumah sakit,
tetapi dokter
tidak dapat
menemukan
penyakit apa yang
diderita oleh istri
saya. Hasil check
up secara
menyeluruhpun
mengatakan
bahwa isteri saya
sehat, tidak ada
sesuatu penyakit.
Saat itu keadaan
isteri saya setiap
hari hanya dapat
makan sebanyak
dua (2) sendok,
jika ditambah
satu(l) sendok lagi
dia akan muntah.
Setelah
menghadapi jalan
buntu, isteri saya
menyatakan
bahwa dia
menerima Tuhan
Yesus dan
percaya
kepadaNya.
Meskipun saya
sama sekali tidak
percaya kepada
Tuhan Yesus,
namun karena
rasa cinta kasih
saya kepada
isteri, saya
terpaksa
mengijinkannya.
Pada saat istri
saya percaya
kepada Tuhan
Yesus, dia tidak
didoakan oleh
siapa-siapa, hanya
seorang putra dan
putri saya yang
belum Kristen
pada saat itu.
Setelah didoakan,
pada malam itu
isteri saya dapat
tidur dengan
nyenyak.
Keesokan harinya,
ketika dia bangun,
wajahnva begitu
berseri-seri dan
sejak itu setiap
malam dia dapat
tidur dengan
tenang. Di lain
pihak ternyata hal
itu justru
membuat saya
tidak dapat tidur.
Kenapa dapat
tajadi hal yang
demikian?
Bayangkan, isteri
saya sudah
percaya kepada
Tuhan Yesus,
tetapi di rumah
saya masih penuh
dengan berhala.
Menurut ramalan
saya dalam
waktu 8-10 hari
lagi istri saya akan
pulang ke rumah
dan situasi rumah
yang demikian
jelas akan
merupakan satu
persoalan
untuknya. Sebagai
orang yang
percaya Tuhan
Yesus, isteri saya
akan
mengucapkan
"Haleluyah dan Puji
Tuhan",
sedangkan saya
masih harus
mengucapkan
kata-kata untuk
berhala.
Perbedaan hidup
yang demikian
jelas akan
mendatangkan
suasana yang
tidak baik.
3. BERHALA-
BERHALA DI
RUMAH SAYA
DIHANCURKAN
Segera saya
mengumpulkan
murid-murid saya
untuk
mengadakan
rapat, tetapi
mereka juga tidak
dapat
memberikan satu
usul tepat sebagai
jalan keluarnya.
Namun karena
rasa cinta kasih
saya, segala
macam berhala itu
kemudian saya
hancurkan,
termasuk patung
yang dapat
bergerak dari
zaman dinasti
Ming tersebut.
Kira-kira 6 jam
sebelum isteri
saya meninggal
dunia, dokter baru
dapat
menemukan
bahwa isteri saya
terkena penyakit
kanker usus yang
sebelumnya kami
mengira hanya
wasir saja. Saat
isteri saya
meninggal dunia
saya belum
percaya kepada
Tuhan Yesus,
namun
dikarenakan isteri
saya sudah
percaya kepada
Tuhan Yesus,
upacara
kematiannya
diadakan secara
Kristen dan
kemudian setiap
malam hari
diadakan
kebaktian
penghiburan di
rumah untuk
beberapa waktu
saya terpaksa
mengikuti berdoa
di dalam nama
Tuhan Yesus dan
mendengarkan
tentang perihal
Tuhan Yesus yang
menyelamatkan
dan memberikan
Sorga kepada
orang yang
percaya
kepadaNya. Saya
ingin sekali
mengetahui di
mana isteri saya,
di Sorga atau di
Neraka. Menurut
kata orang-orang
Kristen dan
pendeta-pendeta,
isteri saya ada di
Sorga, tetapi
bagaimana
mereka dapat
memberikan bukti
kepada saya.
Tidak ada orang
yang pernah ke
Sorga dan kembali
serta
memberitahukan
kepada saya,
bahwa isteri saya
ada disana.
4. MENGIKUTI
SEMINAR
PERTUMBUHAN
GEREJA DI KOREA
SELATAN
Pada bulan
Agustus 1987 di
Korea Selatan
diadakan Seminar
Pertumbuhan
Gereja bagi orang-
orang Asia dan
kami sekeluarga
yang bejumlah 7
orang ikut
mendaftarkan diri.
Saya hanya
mengikuti acara-
acara tersebut,
tetapi tidak
mengikuti
kebaktiannya.
Banyak Gereja-
gereja di Asia
mengirimkan
utusannya ke
Korea tapi saya
ikut datang ke
sana hanya untuk
mengetahui
tentang Tuhan
Yesus saja. Saya
mempunyai 4
orang anak,
seorang putra dan
3 orang putri. Putri
saya yang sulung
bisu tuli sama
sekali tidak dapat
mendengar meski
ada bunyi petasan
sekalipun. Putri
sulung saya yang
demikian juga
saya ajak ke
Korea. Kami juga
pergi ke Bukit Doa
di mana berduyun-
duyun orang yang
datang ke sana.
Saat itu ada 163
orang dari
Indonesia yang
pergi ke sana
termasuk saya
sekeluarga. Di
sana ada gua-gua
untuk berdoa dan
saya hanya
sekedar mau tahu
saja tentang gua-
gua tsb. Saya
sudah antri tetapi
tidak pernah
mendapat giliran.
Disana saya
bertemu seorang
penatua yang
berasal dari
Taiwan. Saya
melihat dia berdoa
untuk
menyembuhkan
orang-orang sakit
tanpa mantera-
mantera atau
obat, hanya
berdoa dalam
nama Tuhan
Yesus. Ada
seseorang yang
tangannya selisih
panjang pendek,
setelah didoakan
dalam nama
Tuhan Yesus,
tangan yang
pendek dapat
menjulur keluar
menjadi sama
panjang. Saya juga
adalah mantan
pemain akrobat
dan tukang sulap,
tetapi apa yang
saya lihat ini
bukan sulapan.
Kemudian saya
meminta kepada
penatua tersebut
untuk
menyembuhkan
anak saya yang
sulung. Dia
menjawab bahwa
dirinya tidak dapat
menyembuhkan,
yang diandalkan
hanya kuasa dari
Tuhan Yesus.
Kesempatan inilah
saya pergunakan
untuk dapat
melihat
bagaimana kuasa
Tuhan Yesus
tersebut. Penatua
itu meletakkan
kedua jarinya di
telinga anak saya
lalu berdoa. Dia
mengatakan,
bahwa di dalam
nama Tuhan
Yesus anak ini
harus dapat
mendengar dan
dapat berkata-
kata Amin. Pada
saat penatua itu
selesai berdoa, dia
memetikkan
tangannya di
belakang anak
saya, anak saya
sudah dapat
mendengar.
Peristiwa itu
betul-betul
membuat hati
saya terharu,
sebab 31 tahun
putri sulung saya
tidak pernah
mendengar
sesuatu suara
apapun. Sekarang
dia dapat
mendengar hanya
melalui doa.
Penatua itu
mengajarkan putri
saya untuk
mengucapkan
kata-kata
"Haleluyah" dan
putri saya dapat
mengikutinya
meskipun dengan
ucapan yang
belum
sepenuhnya
tepat. Saat itu
saya rasakan diri
saya seperti
orang udik yang
pertama kali
datang ke kota.
saya merasakan
kebesaran Tuhan
Yesus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar